RPA di Tangerang, Penampung Bayi Hasil Hubungan Gelap TKI
Gillian Berdarah Syria, Najla Bibit Bangladesh
Rabu, 28 April 2010 – 08:12 WIB
Ketika masih dirawat di RPA, beberapa orang datang dan menawarinya cek agar dia memproses surat adopsi Aurora. Tawaran terbesar senilai Rp 20 juta. Namun, dia mengaku tidak tergoda iming-iming itu. Karena itu, untuk menjaga keamanan RPA, dia mempekerjakan tenaga keamanan. "Memang operasional RPA ini kerap terkendala dana. Tapi, saya lebih baik utang bank daripada menjual bayi," tegasnya.
Lebih lanjut Yudhi memaparkan, biaya operasional RPA rata-rata Rp 10 juta per bulan. Biaya itu antara lain untuk honor dua babysitter dan dua tenaga keamanan. Pengeluaran paling besar untuk membeli susu dan popok bayi.
Dana tersebut umumnya diperoleh dari para dermawan. Namun, donator tetapnya, ya Jumhur Hidayat dan Yayasan Puri Cikeas. "Kami juga dibantu Dinsos Tangerang," kata Yudhi.
Dia mengakui memasang standar tinggi bagi calon orang tua asuh. Misalnya, dia benar-benar memastikan bahwa calon orang tua asuh tersebut beragama Islam seperti agama orang tua si bayi. Selain itu, calon orang tua angkat harus mampu secara finansial menghidupi anak angkatnya.
BERANGKAT dari keprihatinan atas nasib tenaga kerja Indonesia (TKI), tahun lalu Yudhi Ramdani memelopori berdirinya Rumah Penitipan Anak (RPA) TKI.
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor