Rumah Merah

Oleh: Dahlan Iskan

Rumah Merah
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Lasem lagi ruwet-ruwetnya. Itu berarti, ada harapan. Banyak jalan lagi digali. Di pinggirnya.

Bersamaan pula dengan musim hujan. Becek dan lumpur bersatu dengan tanah galian. 

Padahal, saya ingin berjalan kaki di kota unik itu. Agar bisa menikmati ketuaan bangunan di sana. Gagal. Tidak nyaman. Apa boleh buat. 

Tujuan utama saya pasti –Anda pun tahu: ke Jalan Karang Turi. Itulah pusat batik Lasem Tionghoa –di masa nan lalu. Ternyata juga ada galian. Pun di pinggir Jalan Karang Turi. Untung, ada halaman terbuka di Rumah Merah di Karang Turi.

Rumah Merah

Saya bisa parkir di halaman itu. Sambil menyesal: kenapa tidak makan siang di situ saja. Di teras Rumah Merah.

Ternyata ada kantinnya. Banyak pula pilihan makanannya. 

Sungguh menyesal. Kenapa tadi mampir satay kambing. Hanya gara-gara ada asap dan aroma kambing bakar di pinggir Jalan Jatirogo. Padahal, sulit sekali mencapainya: ada galian besar yang memisahkan jalan itu dengan satay tersebut. 

Batik Lasem juga dikenal sebagai batik pesisir utara. Coraknya lebih bebas dan lebih berwarna.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News