Rupiah Nyaris Rp 14.000 Karena Tiga Defisit

Rupiah Nyaris Rp 14.000 Karena Tiga Defisit
Ilustrasi rupiah dan dolar. Foto: JPNN

Pada tahun ini, keseimbangan primer ditargetkan masih negatif atau minus Rp 78,35 triliun.

Pada ujungnya, defisit keseimbangan primer itu akan menguras habis cadangan devisa kita untuk membayar hutang (service payment defisit) sehingga berimbas pada rupiah yang makin terpuruk.

Untuk diketahui pula, pada  2011 lalu rasio antara pembayaran cicilan pokok plus bunga dibagi dengan penerimaan pajak masih 25,6 persen.

Namun, sejak 2016 naik menjadi 31 persen. Ini artinya penerimaan pajak untuk membayar bunga utang dan cicilan pokok sudah menguras 31 persen dari total penerimaan pajak, dengan tax ratio.

Untuk keluar dari persoalan ini, tambah Heri, kucinya adalah sesegera mungkin membenahi tiga ancaman defisit yang ada, dan tidak melulu menggeser masalah pada faktor eksternal.

"Sangat disayangkan adalah meski keuangan negara sudah bisa dikatakan lampu kuning akibat membengkaknya utang dan terjadinya bermacam defisit, namun pemerintah selalu mengungkapkan keuangan negara masih aman. Sekali lagi, benahi," pungkas dia.(fat/jpnn)


Pengelolaan keuangan dalam negeri dianggap juga sebagai penyebab pelemahan nilai rupiah.


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News