Sahur Perdana, Erdogan Kecam PBB
jpnn.com - Sambil menyantap sahur perdana bulan Ramadan, Kamis (17/5) dini hari, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam PBB. Dalam jumpa pers di Ankara, dia mengatakan bahwa PBB telah gagal.
Sebagai organisasi terbesar dunia, seharusnya PBB bisa mencegah jatuhnya banyak korban di Jalur Gaza dengan menekan Israel.
Sayang, PBB yang kini berada di bawah komando Sekjen Antonio Guterres tidak melakukan itu semua.
”PBB sudah tamat. Jika kekejaman Israel itu dibiarkan, dunia akan terseret ke dalam malapetaka yang mengerikan dalam waktu cepat,” kata Erdogan seperti dilansir Al Jazeera.
Tidak hanya mengkritik, pemimpin 64 tahun tersebut juga mengajukan kasus kekerasan IDF terhadap warga sipil Palestina itu ke Majelis Umum (MU) PBB dan Dewan Keamanan (DK) PBB.
Bersamaan dengan itu, Reuters melaporkan bahwa Turki mengevakuasi para korban kekerasan IDF ke wilayahnya. Penanggung jawab evakuasi tersebut adalah kepala staf kepresidenan dan kementerian luar negeri.
Kemarin kecaman terhadap IDF juga diutarakan Rusia dan beberapa negara Eropa lainnya. Mereka menganggap IDF keterlaluan karena menggunakan peluru tajam dan mengerahkan penembak jitu untuk menghadapi demonstran Palestina yang hanya bersenjata ketapel, ban bekas, dan bom molotov. Namun, Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu bergeming dan membela kebijakan militernya.
Hari ini, Jumat (18/5), atas usul Turki, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menggelar pertemuan darurat di Istanbul. Satu-satunya agenda pertemuan itu adalah pembicaraan mengenai Israel.
Sambil menyantap sahur perdana bulan Ramadan, Kamis (17/5) dini hari, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam PBB.
- Warga Permata Puri 1 Depok Gelar Bazar Bertema Sejuta Cinta untuk Palestina
- Fraksi PKS: Resolusi Gencatan Senjata DK PBB Harus Bisa Usir Israel dari Gaza
- Israel Pastikan Tidak Akan Ada Gencatan Senjata di Gaza
- Dunia Hari Ini: Israel Menyerang Lagi Dua Rumah Sakit di Gaza
- Terungkap, Israel Berencana Jadikan Gaza Utara Wilayah Yahudi
- Akademisi UII Imbau Masyarakat Tidak Boikot Perusahaan yang Membantu Palestina