Salah

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Salah
Mohamed Salah. Foto: Laurence Griffith/Reuters

Choudhury dan Fofana juga membawa bendera Palestina saat menerima medali di panggung.

Biasanya Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA), Uni Sepak Bola Eropa (UEFA), dan Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) tidak memperbolehkan pemain membawa urusan politik ke lapangan hijau. Klub-klub profesional di Eropa biasanya juga segendang sepenarian.

Akan tetapi, kali ini rupanya ada perubahan sikap klub-klub Inggris. Terbukti, Choudhury dan Fofana tidak ditegur maupun didenda oleh Leicester City.

Pogba dan Diallo juga tidak mendapat teguran atau sanksi dari Manchester United. Sebaliknya, manajer MU Ole Gunnar Solskjaer secara tidak langsung mendukung tindakan itu dengan mengatakan bahwa para pemain berhak mengekspresikan pandangan politiknya.

Pogba memang dikenal cukup taat dalam menjalankan Islam. Dia berpuasa selama Ramadan dan beberapa kali melaksanakan umrah.

Mohamed Salah menjadi ikon muslim yang paling menonjol di sepak bola. Dia selalu melakukan selebrasi dengan sujud syukur di lapangan setiap kali mencetak gol.

Salah juga menjadi idola pendukung Liverpool karena akhlaknya yang terpuji. Dia suka bederma membantu orang-orang miskin di Liverpool dan negara asalnya, Mesir.

Akibat popularitas Salah, Islam menjadi lebih dikenal di Inggris, terutama di Liverpool. Para suporter Liverpool yang memenuhi Stadion Anfield sebelum masa pandemi punya nyanyian atau chanting khusus untuk Salah.

Agama, sepak bola, dan politik, menjadi tiga hal yang tidak bisa dipisahkan di Eropa. Di Indonesia, aroma persaingan seperti itu tidak pernah ada.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News