Salah

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Salah
Mohamed Salah. Foto: Laurence Griffith/Reuters

Mohamed Salah, a gift from Allah (Mohammed Salah, pemberian dari Allah)
He came from Roma to Liverpool (dia datang dari Roma ke Liverpool)
He’s always scoring, it’s almost boring (dia selalu mencetak gol, nyaris membosankan)
So, please don’t take Mohamed away (jadi, tolong jangan ambil Mohamed)

Bukan itu saja. Fan Liverpool menyanyikan chanting yang bunyinya mereka mau masuk Islam menjadi mualaf untuk ikut tuhan sesembahan Mo Salah.

Mo Sa-lah lah lah lah, Mo Sa-lah lah lah lah...
If he’s good enough for you, He’s good enough for me...
If he scores another few, then i’ll be muslim too...
If he’s good enough for you, he’s good enough for me. Sitting in the mosque that’s where i wanna be...

Begitu teriakan para fan sambil bernyanyi dari tribun stadion. Dalam nyanyian itu mereka mengatakan ingin menjadi seorang muslim seperti Salah dan ikut menghabiskan waktu lebih banyak di masjid seperti Salah.

Itu menggambarkan betapa Salah menjadi idola mereka. Akhlak Salah yang khusyuk menawan hati para fannya.

Cristiano Ronaldo adalah bintang sepak bola yang sangat bersimpati kepada Palestina. Ketika masih bermain di Real Madrid, Ronaldo bersahabat dengan Mesut Ozil, bintang Jerman keturunan Turki yang taat menjalankan Islam.

Ronaldo kerap mendengarkan Ozil membaca Alquran setelah salat. Dari persahabatan dengan Ozil, Ronaldo menjadi bersimpati kepada penderitaan bangsa Palestina. Ronaldo pun menjadi donator rutin bangsa Palestina.

Klub sepak bola Real Madrid selalu berseteru dengan Barcelona yang diperkuat Lionel Messi. Setiap kali kedua klub ini berhadapan dalam El Clasico di Liga Spanyol, aroma pertandingan politik sangat kental terasa.

Agama, sepak bola, dan politik, menjadi tiga hal yang tidak bisa dipisahkan di Eropa. Di Indonesia, aroma persaingan seperti itu tidak pernah ada.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News