Samarinda Toraja

Oleh Dahlan Iskan

Samarinda Toraja
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Namun yang nomor dua lahir dengan jantung tidak sempurna. Setiap kali menangis badannya biru.

Ketika sudah mulai bisa berjalan ia selalu terjatuh –di langkah ketiga atau keempat. Lalu badannya membiru.

Itulah yang membuat keluarga ini pindah ke Surabaya. Mencari dokter.

Mereka naik kapal. Arief dan adik yang masih bayi ditinggal di Tolitoli. Dirawat nenek mereka.

Bisnis kopra keluarga ini lantas dikendalikan dari Surabaya. Arief pun akhirnya dibawa ke Surabaya –bersama bayi yang sudah lebih besar itu.

Di Surabaya Arief bersekolah di SD Negeri Kapasari. Ketika masuk SMP Arief memilih SMP swasta (Petra) agar bisa masuk sore.

Di pagi hari Arief diminta membantu bapaknya di gudang kopra. Demikian juga waktu SMA. Ia pilih SMA Petra –karena bisa masuk sore.

Waktu tamat SMA itulah Arief dihadapkan pada pilihan dari ayahnya: mau kerja atau mau kuliah.

Ia merasa perjalanan bisnisnya begitu baik. Itu pasti berkat dari Tuhan. Makanya ia ingin mengembalikan sebagian hasilnya kepada Tuhan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News