Sambil Menangis, Baiq Nuril: Saya Tidak Ingin Tinggalkan Anak Saya

Sambil Menangis, Baiq Nuril: Saya Tidak Ingin Tinggalkan Anak Saya
Baiq Nuril Maknun. Foto: Hendra Eka/Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - Tangis Baiq Nuril Maknun, mantan tenaga honorer salah satu SMA di Mataram, Nusa Tenggara Barat, pecah saat memberikan testimoni dalam sebuah diskusi di gedung DPR, Jakarta, Rabu (10/7).

Nuril yang mengenakan jilbab biru dongker dan baju pink tua itu, tidak kuasa menahan tangis saat mencurahkan isi hatinya tentang kasus yang menimpanya sejak 2014 ini. Nuril datang ke DPR didampingi anggota Fraksi PDI Perjuangan Rieke Diah Pitaloka, pengacara Joko Jumadi, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Mataram Nyanyu Ernawati. Hadir pula anggota Komisi III DPR Fraksi PKS Nasir Djamil. Ketua DPR Bambang Soesatyo menyusul hadir kemudian.

Berkali-kali Rieke Pitaloka tampak mencoba menenangkan Nuril, yang ketika berbicara sedikit langsung menangis terisak. Rieke yang memang menjadi pendamping Nuril sejak persidangan di Pengadilan Negeri Mataram 2017 lalu itu berusaha menyemangati Nuril untuk kuat.

Sesekali Nuril berhenti bicara. Menangis sambil tetap berupaya untuk kuat. Nuril saat ini tengah berjuang mendapatkan amnesti dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Amnesti merupakan upaya terakhir yang ditempuh Nuril, setelah upaya peninjauan kembali yang diajukannya ditolak Mahkamah Agung (MA).

Sambil Menangis, Baiq Nuril: Saya Tidak Ingin Tinggalkan Anak Saya
Baiq Nuril (kiri) dan Rieke Diah Pitaloka. Foto: M. Kusdharmadi/JPNN.com

PK ini memperkuat putusan kasasi MA pada 26 September 2018 yang menghukum Nuril enam bulan penjara, denda Rp 500 juta subsider tiga bulan kurungan. Nuril dianggap bersalah karena merekam percakapan mesum seorang kepala sekolah berinisial M. Nuril pun dijerat Pasal 27 Ayat 1 juncto Pasal 45 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2018 tentang Infromasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

“Terima kasih kepada semuanya yang masih sampai saat ini tetap mendukung saya,” kata Nuril sembari terisak.

Dia melanjutkan bahwa sebenarnya tidak ingin masalahnya menjadi konsumsi publik, karena anak-anaknya akan menyaksikan berita di media massa. “Pasti mereka tidak ingin melihat ibunya menangis,” ungkap Nuril kembali terisak saat teringat sang anak.

Anak sulung Baiq Nuril yang menjadi anggota paskibra itu, sudah menitipkan pesan untuk membantu perjuangan ibunya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News