Sang Kapten Menangis, tapi Alhamdulillah...Istri Lahirkan Lima Bayi Kembar

Sang Kapten Menangis, tapi Alhamdulillah...Istri Lahirkan Lima Bayi Kembar
BUAH HATI: Lima anak Hari dan Nia dirawat di ruang berbeda, tiga bayi di NICU Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT).(Dipta Wahyu/Jawa Pos)

Anak pertama pasangan Hari dan Nia berpulang dua tahun lalu. Bocah perempuan itu meninggal pada usia 3 bulan lantaran mengalami infeksi paru-paru.

Sejak Minggu (14/6), Nia masuk rumah sakit. Sebetulnya, dokter menjadwalkan persalinannya pada 22 Juni. Kondisi kesehatan Nia yang semakin menurun membuat dokter mempercepat jadwal persalinan. ’’Menginjak usia kehamilan ke tujuh bulan, istri saya semakin lemah. Dia merasa berat saat menopang tubuhnya,’’ kata Hari.

Pada Rabu malam (17/6) Nia mimisan. Meski menurut dokter hal tersebut normal dialami ibu hamil, Hari tetap khawatir. Hari benar-benar merasakan perjuangan istrinya yang mengandung lima bayi sekaligus.

Pria yang bertugas di Base Koarmatim itu selalu berusaha mendampingi Nia. Selama hamil, menurut Hari, Nia mengalami penurunan berat badan. Makanan yang dikonsumsi terus disedot lima bayinya.

’’Kadang kasihan lihatnya. Perutnya semakin membesar, tetapi badannya malah tambah kurus,’’ kenangnya. Semakin bulan, perutnya yang membesar membuatnya sering merasa sesak napas. ’’Jadi, makannya sedikit-sedikit, tapi sering,’’ ungkapnya.

Memasuki usia kehamilan tujuh bulan, Nia menggunakan kursi roda karena tidak kuat lagi berjalan. Meski begitu, Hari salut kepada Nia. Sejak awal, Nia menunjukkan semangat untuk mempertahankan lima bayinya.

Pernah pada suatu malam, Nia sering ingin ke kamar mandi. Tentu sulit baginya berjalan ke kamar mandi sendiri dengan perut besar seperti itu. ’’Tetapi, jika saya kecapekan, dia tidak bangunkan saya. Dia ke kamar mandi sendiri. Padahal, untuk bangun saja, dia susah,’’ jelasnya.

Melihat semangat sang istri, Hari yakin bayinya akan lahir dengan selamat. ’’Saya berdoa terus. Semua keputusan berada di tangan yang di Atas. Saya cuma satu doanya, berikan yang terbaik. Alhamdulillah ini bulan Ramadan juga. Semoga bawa berkah,’’ ucapnya.

JUMAT (19/6) pagi, jarum jam menunjuk pukul 08.00. Pagi itu merupakan hari bersejarah bagi keluarga Hari Saputra, 32. Kecemasan mendalam tampak jelas

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News