Sang Kapten Menangis, tapi Alhamdulillah...Istri Lahirkan Lima Bayi Kembar

Sang Kapten Menangis, tapi Alhamdulillah...Istri Lahirkan Lima Bayi Kembar
BUAH HATI: Lima anak Hari dan Nia dirawat di ruang berbeda, tiga bayi di NICU Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT).(Dipta Wahyu/Jawa Pos)

Hari mengaku belum memberi nama untuk lima bayinya. ’’Sebenarnya, di awal prediksi saya dan istri, lahir 3 bayi laki-laki dan 2 bayi perempuan. Tapi, ternyata yang lahir 1 bayi laki-laki dan 4 bayi perempuan. Jadi nanti didiskusikan lagi dengan istri,’’ katanya.

Lima bayi tersebut dirawat di ruang terpisah. Dua dirawat di NICU (neonatal intensive care unit), tiga di NICU GBPT (gedung bedah pusat terpadu). ’’Sebab, kapasitasnya tidak memadai. Jadi, kami pisah,’’ ujar dr Martono Tri Utomo SpA (K), ketua operasi tim dokter anak.

Bayi-bayi itu memang masih membutuhkan perawatan lebih sehingga harus diletakkan di dalam inkubator. Dokter Relly Yanuari Primariawan SpOG-KFER selaku ketua tim dokter bagian kandungan menyatakan bahwa kondisi sang ibu cenderung baik.

Namun, dia memang membutuhkan perawatan lebih lanjut. Relly menjelaskan, berat badan Nia termasuk jauh dari normal. ’’Harusnya berat ibu hamil bertambah setidaknya 8–13 kilogram, sedangkan Nia hanya naik sekitar 5 kg. Dari 55 kg menjadi 60 kg,’’ terang dokter alumnus FK Unair itu.

Melihat kondisi sang ibu, pihaknya memutuskan melakukan operasi Caesar pada kehamilan 32 minggu. Selama melakukan tindakan operasi, tim dokter yang terdiri atas 2 dokter spesialis kandungan, 6 dokter spesialis anak, dan 2 dokter spesialis anestesi tersebut tidak mengalami hambatan berarti. Untuk menekan risiko, semua dokter berupaya maksimal. Sang ibu diberi obat untuk pematangan paru-paru pada bayi. Sebab, organ-organ masih prematur.

Sementara itu, pada waktu tindakan pembedahan, dokter anestesi memberikan obat epidural. Hal tersebut bertujuan mengurangi rasa nyeri saat operasi. Perut yang terlalu besar membuat tindakan operasi harus memosisikan pasien dengan posisi head up.

’’Untuk membantu fungsi pernapasan tetap baik dan mengurangi desakan dari perut pada rongga dada,’’ tutur dr Soni Sunarso Sulistiawan SpAn dari tim dokter anestesi.

Untuk mengurangi risiko pendarahan, pihaknya menyiapkan cairan infus dan darah yang cukup. ’’Alhamdulillah, selama operasi, semua stabil tanpa ada gejolak hemodinamik (tekanan darah),’’ ucap dokter kelahiran Bangkalan itu. (ara/c20/ayi)

JUMAT (19/6) pagi, jarum jam menunjuk pukul 08.00. Pagi itu merupakan hari bersejarah bagi keluarga Hari Saputra, 32. Kecemasan mendalam tampak jelas

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News