Sang 'Profesor' Menyesal tak Bisa Berbahasa Inggris

Sang 'Profesor' Menyesal tak Bisa Berbahasa Inggris
Lasiyo saat ditemui di kediamannya di Dusun Ponggok, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, Sabtu (5/11/2016). FOTO: FOLLY AKBAR/JAWAPOS

Namanya terkenal sebagai simbol kesuksesan pertanian di Tanah Mataram, sebutan Daerah Istimewa Jogjakarta.

Menurut Lasiyo, gagasan menanam pisang secara masal di dusunnya itu dimulai pada awal 2007. Tepatnya beberapa bulan setelah gempa berkekuatan 5,6 skala Richter yang meluluhlantakkan Bantul dan daerah-daerah sekitarnya.

Nah, di tengah berserakannya puing-puing bangunan yang tersisa di dusunnya, Lasiyo merasa sedih dan terpanggil untuk membantu warga yang menjadi korban.

Selain rumahnya rata dengan tanah, banyak warga yang kehilangan pekerjaan. Belum lagi, tidak sedikit yang meninggal atau mengalami luka parah.

 ”Saya berpikir apa yang bisa saya lakukan untuk membantu para korban,” kata pria kelahiran 17 Juli 1955 tersebut.

Setelah mempertimbangkan beberapa usul, pilihan akhirnya jatuh pada fokus menanam pohon pisang. Pilihan itu diambil bukan tanpa alasan. Selain mudah ditanam, pohon pisang relatif cepat dapat dipanen.

Dengan fakta-fakta tersebut, pemberdayaan pohon pisang di rumah-rumah warga dirasa cocok untuk menambah penghasilan keluarga.

Kebetulan, sebagian besar warga memiliki lahan produktif di sekitar rumahnya. ”Jika pohon pisang yang ditanam banyak, tiap minggu atau bulan ada yang bisa dijual. Dan itu berarti pendapatan bagi warga,” kata Lasiyo.

IDE Lasiyo membudidayakan pisang di dusunnya membawa kesejahteraan bagi warga. Kesuksesannya menemukan pupuk-pupuk nabati membuat peneliti dari berbagai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News