Santri, Ulama, dan Kepemimpinan Nasional

Oleh: Dr. H. Jazilul Fawaid, S.Q., M.A., Wakil Ketua MPR RI Periode 2019-2024

Santri, Ulama, dan Kepemimpinan Nasional
Wakil Ketua MPR RI, H. Jazilul Fawaid SQ, MA. Foto: Humas MPR for JPNN.com

Manifestasi peran santri dan ulama juga dapat ditilik pada masa pergerakan nasional di era pra-kemerdekaan.

Pada awal abad ke-20, banyak sekali bermunculan organisasi pergerakan nasional dengan berbagai platform atau ideologi, salah satunya adalah Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh K.H. Samanhudi pada 16 Oktober 1905.

Organisasi yang pada 1912 berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI) ini didirikan oleh kalangan ulama dengan tujuan untuk menjadi sarana perjuangan umat Islam melalui bidang niaga dalam melawan penjajahan Belanda yang pada waktu itu hadir dalam bentuk kongsi dagang bernama Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau VOC.

Begitu masifnya kiprah santri dan ulama pada masa revolusi fisik dan pasca kemerdekaan menunjukkan bahwa mereka tidak tinggal diam terhadap problematika kebangsaan yang ada.

Dalam konteks membangun bangsa (nation-building) dan membangun negara (state-building), santri dan ulama berperan sebagai katalisator bagi komponen bangsa lainnya. Ketika muncul pihak-pihak yang mempertentangkan antara agama dan negara pada masa awal kemerdekaan, kaum santri dan ulama juga tampil di garda depan.

Bagi kaum santri dan ulama, dengan diproklamasikannya kemerdekaan yang berlandaskan Pancasila sebagai dasar negara, perdebatan antara agama versus negara sudah tuntas di negeri ini.

Sistem Politik

Permasalahan bangsa dan negara hari ini tentu saja jauh lebih kompleks dari persoalan yang dihadapi pada masa lampau.

Persoalan kepemimpinan nasional adalah visi komprehensif untuk membawa bangsa dan negara agar mampu memenuhi tujuan nasional.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News