Saparan, Ada Sesaji untuk Menghilangkan Keruwetan Hidup
Selanjutnya, baju ontrokusumo. Pakaian yang menyerupai rompi ini dipercaya memberikan kekebalan tubuh pada pemakainya. Baju ini pernah digunakan Ki Ageng Wonolelo saat babat alas.
Pusaka lain yang ikut dikirab adalah kopyah. Kopyah ini diyakini digunakan Ki Ageng Wonolelo saat menaklukkan Sriwijaya. Dikisahkan, Ki Ageng Wonolelo saat itu memiringkan kopyahnya setelah menunaikan salat Jumat. Seketika masjid dan bumi Palembang ikut miring.
Sesaji juga ikut dalam kirab pusaka. Di antaranya tumpeng robyong. Ini sebagai simbol untuk menghilangkan keruwetan dari berbagai macam gangguan.
Sesaji lain adalah gunungan apem. Bentuknya menyerupai gunung dengan mengerucut lancip ke atas. Melambangkan bahwa pencipta alam semesta hanyalah satu.
Gunungan apem menjadi atraksi budaya yang menarik. Lantaran jumlahnya cukup banyak, mencapai 1,5 ton. Apem akan dibagikan kepada seluruh warga sebagai teladan kepada Ki Ageng Wonolelo yang dikenal sebagai seorang dermawan.
Kian lama, peminat tradisi pembagian apem semakin banyak. Jadi, jumlah apem yang dibagikan pun semakin banyak pula. ”Rata-rata setiap tahun menyentuh satu ton," ujarnya.
Ada beberapa orang yang meyakini bahwa apem tersebut bisa digunakan sebagai tolak bala hama tanaman dan berkah lainnya. Namun tak sedikit pula yang hanya sekadar ingin melestarikan kekayaan budaya. (zam)
Dalam tradisi Saparan, ada beragam sesaji, di antaranya tumpeng robyong, simbol untuk menghilangkan keruwetan dari berbagai macam gangguan.
Redaktur & Reporter : Soetomo
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri