Saparan, Ada Sesaji untuk Menghilangkan Keruwetan Hidup

Saparan, Ada Sesaji untuk Menghilangkan Keruwetan Hidup
Warga mengambil apem saat puncak tradisi Saparan di Dusun Pondok Wonolelo, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Jumat (19/10). Foto: ELANG KHARISMA DEWANGGA/RADAR JOGJA/JPNN.com

Selanjutnya, baju ontrokusumo. Pakaian yang menyerupai rompi ini dipercaya memberikan kekebalan tubuh pada pemakainya. Baju ini pernah digunakan Ki Ageng Wonolelo saat babat alas.

Pusaka lain yang ikut dikirab adalah kopyah. Kopyah ini diyakini digunakan Ki Ageng Wonolelo saat menaklukkan Sriwijaya. Dikisahkan, Ki Ageng Wonolelo saat itu memiringkan kopyahnya setelah menunaikan salat Jumat. Seketika masjid dan bumi Palembang ikut miring.

Sesaji juga ikut dalam kirab pusaka. Di antaranya tumpeng robyong. Ini sebagai simbol untuk menghilangkan keruwetan dari berbagai macam gangguan.

Sesaji lain adalah gunungan apem. Bentuknya menyerupai gunung dengan mengerucut lancip ke atas. Melambangkan bahwa pencipta alam semesta hanyalah satu.

Gunungan apem menjadi atraksi budaya yang menarik. Lantaran jumlahnya cukup banyak, mencapai 1,5 ton. Apem akan dibagikan kepada seluruh warga sebagai teladan kepada Ki Ageng Wonolelo yang dikenal sebagai seorang dermawan.

Kian lama, peminat tradisi pembagian apem semakin banyak. Jadi, jumlah apem yang dibagikan pun semakin banyak pula. ”Rata-rata setiap tahun menyentuh satu ton," ujarnya.

Ada beberapa orang yang meyakini bahwa apem tersebut bisa digunakan sebagai tolak bala hama tanaman dan berkah lainnya. Namun tak sedikit pula yang hanya sekadar ingin melestarikan kekayaan budaya. (zam)


Dalam tradisi Saparan, ada beragam sesaji, di antaranya tumpeng robyong, simbol untuk menghilangkan keruwetan dari berbagai macam gangguan.


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News