Saran Penting Cegah Pembuluh Darah di Otak Pecah, Dialami 1 Orang Setiap 18 Menit

Saran Penting Cegah Pembuluh Darah di Otak Pecah, Dialami 1 Orang Setiap 18 Menit
Ilustrasi - Sakit kepala, diperankan model. Foto: Ricardo/JPNN.com

Tindakan endovaskular sendiri kini sudah mengalami perkembangan, salah satunya pemasangan cerebral flow diverter dengan angka keberhasilan hingga 95 persen.

Metode yang sudah mulai diterapkan di RSPON beberapa tahun lalu ini dikatakan memiliki sejumlah keunggulan seperti prosedur relatif cepat, pasca-tindakan pasien tidak perlu perawatan ICU, mengurangi lamanya rawat inap pasien dan tidak ada luka sayatan.

Sejumlah faktor dapat menyebabkan kelemahan pada pembuluh darah dan meningkatkan risiko aneurisma otak atau pecahnya aneurisma yang bisa menyerang orang berusia muda.

Faktor risiko ini, seperti dikutip dari Mayo Clinic antara lain usia yang lebih tua, kebiasaan merokok, tekanan darah tinggi (hipertensi), penyalahgunaan narkoba dan kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol berat.

Beberapa jenis aneurisma juga dapat terjadi setelah cedera kepala (membedah aneurisma) atau dari infeksi darah tertentu (aneurisma mikotik).

Di sisi lain, pola makan tak sehat yakni tinggi kolesterol, kurang beristirahat dan obesitas juga menjadi faktor risiko masalah pembuluh darah ini.

Kebanyakan aneurisma biasanya tak bergejala kecuali aneurisma pecah.

Namun, aneurisma yang tidak pecah masih dapat menghalangi sirkulasi ke jaringan lain, membentuk gumpalan darah yang dapat menghalangi pembuluh darah yang lebih kecil.

Kepala Neurosurgeon Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON) Jakarta memberi saran penting untuk mencegah terjadinya pembuluh darah di otak pecah, dialami satu orang setiap 18 menit.

Sumber ANTARA

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News