Sarinah, Hikayat Departement Store Pertama di Indonesia

Sarinah, Hikayat Departement Store Pertama di Indonesia
Presiden Soekarno saat peletakan batu pertama pembangunan Sarinah, di Jl. Thamrin, Jakarta. Foto: Public Domain.

Dia lagi-lagi menegaskan, tak ada negeri-negeri sosialis yang tak punya department store.  

“Datanglah ke Hanoi, ada. Datanglah ke Peking, ada. Datanglah ke Nanking, ada. Datanglah ke Sanghai, ada. Datanglah ke Moskow, ada. Datanglah ke Budapest, ada. Datanglah ke Praha, ada,” tandas proklamator dengan gayanya yang berapi-api.

“Kalau Sarinah di Thamrin itu sukses, untuk Jakarta saya perintahkan buat tiga lagi. Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Timur. Another there, my dear friends, another three Department Store Sarinah itu,” katanya penuh harap.

Jakarta, 15 Agustus 1966

Sarinah diresmikan oleh Bung Karno. Inilah pionir toko serba ada di Indonesia. Ketika itu, sebagaimana ditulis Eka Budianta dalam buku Cakrawala Roosseno, Singapura belum dibangun dan Kuala Lumpur masih rawa-rawa.

Kini, selain Departement Store Sarinah di Thamrin, PT Sarinah (Persero) telah mendirikan dan mengelola Pejaten Village, di Jakarta Selatan, Basuki Rachmat di Malang, Kraton di D.I. Yogyakarta.

Unit bisnis BUMN ini juga merambah bisnis ekspor (furniture, singkong) dan impor (beras, minuman beralkohol, cengkeh, saccharine—pemanis buatan). Di samping itu, PT Sarinah juga menjadi distributor terigu dan gula.

Namun, apakah perkembangan Sarinah sesuai dengan harapan Soekarno? Yakni, sebagai prijs stabilisator! Dan sudahkah ia berfungsi untuk memperkuat ekonomi sosialis? (wow/jpnn)

 



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News