Sarjana-Sarjana Tangguh yang Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (1)

Delapan Kali Langgar Sungai Menuju Ibu Kota Kabupaten

Sarjana-Sarjana Tangguh yang Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (1)
BUKAN AMFIBI: Sepeda motor pun harus nyebur ke dalam sungai untuk menempuh perjalanan dari Desa Okatana menuju Desa Ramuk di Kecamatan Pinupahar. Foto : Rukin Firda/Jawa Pos

Di Ramuk itulah Joko menunggu oto, kendaraan umum khas Sumba Timur. Kendaraan itu sejatinya adalah truk yang bak belakangnya disulap menjadi tempat duduk penumpang dan barang.

Dari warga Ramuk dia mendapat informasi bahwa oto tidak bisa masuk Ramuk. Penyebabnya, sungai meluap dan terjadi longsor di beberapa ruas jalan setelah hujan beberapa hari sebelumnya. Alternatif lain adalah dengan ojek sepeda motor. Namun, dalam kondisi jalan seperti itu, juga sangat sulit untuk menemukan pengojek di Ramuk.

Tidak ada pilihan lain baginya selain berjalan kaki menuju Desa Katikwa, yang menjadi titik terakhir yang bisa dicapai oto dengan kondisi hujan seperti saat itu. Bagi Joko, yang selama berkuliah aktif di menwa (resimen mahasiswa), tidak terlalu masalah jika harus berjalan satu setengah jam menuju Katikwa.

Tantangan dalam perjalanan itu adalah harus tiga kali menyeberang sungai. Sungai yang sama, namun karena berkelok-kelok, dia harus menyeberanginya lebih dari sekali.

Lebih dari 2.000 sarjana tengah menjalani program Sarjana Mendidik di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (SM3T) yang digagas Kemendikbud awal

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News