Sarjana-Sarjana Tangguh yang Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (1)
Delapan Kali Langgar Sungai Menuju Ibu Kota Kabupaten
Rabu, 01 Februari 2012 – 00:01 WIB
Tantangan tambahannya, hujan telah membuat permukaan sungai yang pada hari-hari biasa hanya selutut, saat itu mencapai dadanya. "Saya harus kehilangan sepatu saya," katanya.
Saat bertemu para pejabat Sumba Timur dan tim monev yang dipimpin Rektor Unesa Prof Dr Muchlas Samani, Joko hanya bersandal jepit. Sandal itu pun akhirnya terbawa arus sungai saat menemani rombongan Muchlas mengunjungi sekolah, menempuh perjalanan yang sama dengan yang dia tempuh sebelumnya.
Perjalanan dari Katikwa menuju Waingapu memang lebih mudah. Joko sudah bisa menumpang oto dari desa itu. Tidak ada lagi sungai yang harus dilanggar "istilah warga setempat untuk menyeberang. Hanya dia harus melewati jalan dengan kondisi rusak dan menembus Taman Nasional Hutan Laewangi Manggawesti.
Tantangan saat mengendarai oto adalah kesabaran. Dengan sepeda motor atau mobil pribadi, perjalanan itu bisa ditempuh dalam waktu tiga sampai empat jam. Sementara itu, dengan oto bisa mencapai sembilan sampai sepuluh jam.
Lebih dari 2.000 sarjana tengah menjalani program Sarjana Mendidik di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (SM3T) yang digagas Kemendikbud awal
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor