SAS Institute Beberkan 4 Tantangan NU di Abad Kedua

SAS Institute Beberkan 4 Tantangan NU di Abad Kedua
Direktur Eksekutif SAS Institute Sa'dullah Affandy. Foto: dok pribadi for JPNN

"Hingga hari ini kita dapat menyaksikan pesantren NU semakin berkembang pesat dengan lembaga pendidikan formal yang ada di dalamnya," ujarnya.

Keempat, dalam dimensi kebudayaan, NU menjadi garda depan sebagai actor pelestari kebudayaan lokal. Tradisi-tradisi yang oleh kalangan modernis diharamkan, justru dimodifikasi oleh NU menjadi sesuatu yang bernuansa Islam dan bermuatan dakwah sebagaimana ajaran para Wali Songo.

Kelima, NU menjadi penyokong utama beragam agenda pemerintah, terutama terkait isu radikaisme beragama di Indonesia, dan secara gemilang berhasil menjadi representasi Islam rahmatan lil alamin bagi dunia luar.

Berharap semua pencapaian itu tak membuat NU berpuas diri, Sa'dullah mengungkapkan sejumlah harapannya untuk organisasi tersebut di masa mendatang.

Menurutnya, banyak hal yang harus dilakukan oleh NU dalam menyongsong abad kedua.

"Pertama, meski secara kuantitas menjadi mayoritas, namun faktanya NU masih memiliki banyak kelemahan baik di bidang ekonomi maupun Sumber Daya Manusia terutama terkait domain riset dan teknologi. Era dimana teknologi digital menjadi primadona, adalah sebuah keniscayaan bagi NU untuk melakukan pemberdayaan ummatnya di ranah ini," kata dia.

Kedua, meski selalu berperan penting dalam setiap peristiwa politik di Tanah Air, tetapi secara politik NU kerap ditinggal ketika berbicara sharing kekuasaan.

Dalam setiap Pemilu, suara NU selalu laku di pasaran para caleg mapun kandidat di eksekutif, tetapi setelah itu NU sering ditinggalkan. Pengecualian adalah sosok KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang berhasil menjadi Presiden RI ke-4.

Direktur Eksekutif SAS Institute Sa'dullah Affandy mengungkapkan sejumlah tantangan yang dihadapi NU di abad kedua

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News