Satgas Covid-19 Minta Masyarakat Kenali Risiko Mobilitas

Satgas Covid-19 Minta Masyarakat Kenali Risiko Mobilitas
Prof Wiku Adisasmito. Foto: diambil dari covid19goid

Kondisi lebih tinggi berisiko, yaitu perjalanan dengan kendaraan pribadi bersama bukan anggota keluarga, perjalanan kereta atau bus jarak jauh.

Lalu, berinteraksi dengan beberapa orang yang bukan keluarga inti di ruang tertutup dengan sebagian besar mematuhi 3M.

Kondisi risiko tertinggi, yaitu penerbangan dengan transit, perjalanan dengan kapal atau perahu, dan berinteraksi dengan orang dari beragam sumber di ruangan tertutup dengan ventilasi buruk dengan sebagian kecil mematuhi 3M.

Untuk itu terkait mitigasi risiko mobilitas, pemerintah sedang memfinalisasi kebijakan terkait pelaku perjalanan antarkota yang meliputi persyaratan sampai mekanisme perjalanan dan kembali ke tempat asalnya.

"Pengambilan kebijakan terkait pelaku perjalanan dilakukan karena selalu ada tren kenaikan kasus setiap adanya masa liburan panjang," ujarnya.

Wiku mengingatkan kembali, berdasarkan studi Mu et Al pada 2020, mengenai dampak mobilitas libur panjang Imlek di China tahun ini, ditemukan bahwa kota yang letaknya lebih dekat dengan pusat epidemik Covid-19, sekaligus dekat dengan daerah perkotaan padat penduduk akan memilki risiko kemunculan kasus baru yang lebih tinggi.

Lalu, pembatasan mobilitas antarkota, dapat menekan peluang risiko penularan sebesar 70 persen. Dan pembatasan mobilitas dalam kota sebesar 40 persen harus diikuti monitoring dan evaluasi yang baik.

Sementara dari studi Chun Chang et al 2020, mengenai dampak wabah di Taiwan, ditemukan bahwa waktu, durasi dan tingkat pembatasan perjalanan memiliki andil dalam menentukan besar jumlah kasus.

Satgas Covid-19 meminta masyarakat mengenali dengan baik risiko jenis mobilitas dan kegiatan yang dilakukan. Ada risiko rendah sampai tertinggi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News