Satpol

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Satpol
Satuan polisi pamong praja (Satpol PP). Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

Salah satu pernyataan Pak Noer yang paling terkenal dan sampai sekarang masih sering dikutip ialah tujuan birokrasi adalah ‘agawe wong cilik gemuyu’, membuat orang kecil tertawa. Birokrat atau pegawai negeri adalah ‘bature rakyat’, pembantu rakyat.

Baca Juga:

Batur adalah istilah bahasa Jawa untuk menyebut pembantu rumah tangga. Secara harfiah, batur berarti teman.

Pak Noer lahir di Sampang, Madura. Dia keturunan ningrat Madura dengan gelar Raden Panji. Nama lengkapnya Raden Panji Mohammad Noer.

Dia berjasa meletakkan dasar-dasar filosofi pengabdian birokrasi kepada publi. Oleh karena itu, seharusnya Pak Noer diberi penghargaan sebagai Bapak Birokrasi Indonesia.

Terlahir dari kalangan aristokrat, Pak Noer paham betul bagaimana karakter kalangan priyayi di Indonesia. Mereka menjadi kelas sosial yang eksklusif dan selalu minta dilayani. Kelompok ini menjadi kelas elite yang berkuasa dan menjadikan rakyat sebagai objek kekuasaan.

Kelompok elite priyayi ini yang kemudian oleh penjajah Belanda dimanfaatkan sebagai perpanjangan tangan kekuasaan. Mereka dijadikan sebagai ambtenaar, pegawai pemerintah, untuk menjalankan kebijakan pemerintah penjajah.

Kelas ini bentukan penjajah, maka mereka bertindak dan bersikap sebagaimana penjajah. Tampilan fisik mereka pribumi tapi tingkah lakunya Belanda.

Kelompok ini sering diledek sebagai ‘Londo Belangkon’, Belanda pakai belangkon, atau ’Londo Ireng’, Belanda berkulit hitam.

Birokrasi seharusnya menjadi mesin pelayan rakyat. Kebijakan birokrasi harus membuat rakyat kecil tertawa, bukan malah membuat rakyat kecil menangis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News