Satu Episode Sejarah Gerakan Kiri Minangkabau

Satu Episode Sejarah Gerakan Kiri Minangkabau
Sumatera Thawalib Padang Panjang tempo doeloe. Di sinilah gerakan kiri tumbuh dan berkembang di Minangkabau. Foto: Dok. Perguruan Thawalib.

Yang dia maksud adalah Kongres Partai Komunis dan Sarikat Islam Merah, awal Maret 1923. Kala itu, Haji Misbach memukau hadirin lewat pidatonya yang memadu-padankan dalil-dalil Qur'an dan Hadist dan ajaran Marxisme.

Versi ini boleh saja direpro oleh penulis dan pencerita sejarah. 

Tapi, Djamaluddin Tamim, satu di antara pendiri PKI Minang (orang dekat Tan Malaka), dalam bukunya yang diberi judul Sedjarah PKI, melukiskan…

Padang Panjang menjadi pusat kaum merah, menjadi kota merah di Sumatera, hanyalah mendirikan BOFET MERAH sebagai cabangnya koperasi kaum merah di sana, yakni lima enam bulan sebelum lahir PKI di Semarang pada 1920.

Menafsir kalimat tersebut, artinya sebelum BOFET MERAH terbentuk, Padang Panjang sudah menjadi sarang orang merah. Bahkan berjuluk kota merah. 

Djamaluddin Tamim adalah sekondan Datuak Batuah. Mereka tokoh muda Sumatera Thawalib Padang Panjang yang sama-sama mengelola surat kabar Pemandangan Islam, sebuah koran yang menyelaraskan ajaran Islam dengan komunisme. 

Dalam sebuah perjumpaan tempo hari, Mestika Zed memastikan, sejak awal abad 20, di Padang Panjang orang-orang sudah mempelajari marxisme langsung dari buku aslinya. Bukan terjemahan. 

Pak Mes, demikian dia biasa disapa, juga menyebut, di BOFET MERAH ada semacam jargon, "kami Islam se-Islam-Islamnya, menghadapi penindasan kapitalisme, kami Marxis-seMarxis-Marxisnya." 

DI Minangkabau, orang-orang sudah mempelajari Marxisme sejak awal Abad 20. Langsung dari kitab aslinya. Bukan terjemahan. Wenri Wanhar - Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News