Satu Sekolah Tak Lulus Unas, SMA Abadi di Jakarta Akhirnya Ditutup
Demi Menyambung Hidup, Wakasek pun Jadi Tukang Ojek
Kamis, 26 Mei 2011 – 08:08 WIB
Lebih ke dalam lagi, baru terlihat beberapa siswa. Tapi, mereka adalah siswa SMA Mutiara Hati.
SMA Abadi berada di lantai dua kompleks pendidikan YAPMI. Tangga ke lantai dua lumayan lebar, tetapi lantainya cukup kotor, tidak terawat. Kondisi serba terbatas juga tampak di ruang guru. Di sekolah itu terdapat 10 guru, termasuk kepala dan wakil kepala sekolah. Tetapi, hanya ada 5 meja-kursi guru. Ini berarti guru harus duduk bergantian kalau semuanya masuk. Selain itu, ada satu sofa siku yang sudah kusam. "Ya, beginilah kondisi kami," kata Wakil Kepala SMA Abadi Afgani Syam.
Jangan membayangkan di kantor ini ada sejumlah komputer yang mendukung kinerja guru. Perangkat komputer di sekolah itu hanya ada satu unit. Itu pun kondisinya sudah rusak. Afgani mengaku belum sempat membetulkan komputer tersebut, karena masih shock dengan angka kelulusan di sekolahnya.
Rak buku yang biasanya menghiasi ruang guru masih bisa ditemukan. Tapi, rak tersebut cukup kecil. Rak itu hanya digunakan untuk menaruh buku besar nomor induk siswa, absensi guru, buku paket, dan beberapa buku lembar kerja siswa (LKS).
Kondisi SMA yang memprihatinkan tidak hanya ada di kawasan pelosok atau terpencil. Di Jakarta pun ada. SMA Abadi, misalnya. Selain kondisi sekolah
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor