Saya Ikhlas Masuk Neraka

Saya Ikhlas Masuk Neraka
Saya Ikhlas Masuk Neraka
“Saya ikhlas masuk neraka. Asal jangan disiksa. Kenapa? Karena banyak yang bisa saya kerjakan di sana,” kata Ciputra. Ini kalimat mengejutkan, secara khusus saya mencatat kalimat itu.

Apa arti kalimat itu? Bagi Ciputra, hidup adalah kerja keras. Ia pernah hidup amat kekurangan. Karena itu ia tak ingin bangsa ini miskin.

Selama dua tahun saat usia enam hingga delapan tahun, ia dititipkan pada tante-tantenya. Ia diperlakukan ”kejam”. Ia harus membersihkan tempat ludah, dan mengerjakan hal-hal lain yang berat dan kotor.

Pada saat Ciputra berusia 12 tahun, ayahnya Tjie Siem Poe, ditangkap oleh tentara Jepang, tuduhannya: menjadi mata-mata Belanda, lalu wafat di dalam penjara di Manado. Hanya kabar kematiannya yang sampai, di mana jenazah itu dimakamkan tak pernah diketahui. Ingatan saat ayahnya melambai, dan tangisan ibunya, tak pernah terhapus dari benak Ciputra.

Dengan surga, Tuhan ingin memanjakan kita. Dengan dunia, Tuhan tak ingin kita malas. DI Hotel Ciputra, Jakarta, pekan lalu, saya bertemu dengan Ciputra.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News