Saya Sudah Kehilangan Segalanya, Keperawanan, Anak dan Martabat

Di tempat pelarian ia mengalami pendarahan akibat upaya aborsi yang terus dilakukan pekaku.
Pada 27 Oktober 2018, pada usia kandungan baru enam bulan, ia melahirkan bayi yang dikandungnya. Namun bayi meninggal pada keesokan harinya.
“Selama tiga hari saya menangis, tidak bisa tidur, rasanya ingin mati. Saya bahkan berniat bunuh diri. Melihat kondisi itu, pada 31 Oktober oleh kakak saya diminta untuk pulang ke rumah orang tua di kampung,” cerita korban.
Dia mengenang lagi, ketika sudah berada di rumah, ia merasa ketakutan karena pelaku sering datang meski tidak sampai masuk ke rumah. “Saya depresi,” tuturnya.
Korban menerangkan, karena orang tua sudah tidak tahan melihat keadaan dirinya, dilakukanlah pertemuan keluarga besar untuk mencari solusi.
Dari pertemuan itu, ia diminta untuk meninggalkan kampung dan kasus dilaporkan kepada pihak kepolisian.
Korban menuturkan, setelah berkonsultasi, pada 18 Maret 2019 kasus tersebut dilaporkan ke Polda Kalbar.
Dalam perjalan laporan itu, berbagai intimidasi dilakukan pelaku dengan maksud agar laporan itu dicabut.
Setelah kehilangan keperawanan dan juga anaknya, perempuan ini masih harus menanggung penghinaan.
- Polisi Tangkap 3 Pelaku Penyiraman Air Keras Terhadap Kabid RSJ Kalbar
- Estpos Hadir di Pontianak, UMKM Kalbar Siap Masuk Era Digital
- Anggota DPRD Tersangka Korupsi Pengadaan Tanah Bank Kalbar Segera Disidang
- Penyelundupan Pakaian Bekas dari Malaysia di Perbatasan Kalbar Digagalkan Petugas
- Banjir Merendam 8.016 Rumah Warga di Sambas
- Bea Cukai dan TNI Terus Bersinergi Memperkuat Pengawasan di Jatim dan Kalbar