Saya Tak Ingin Ada Pemakzulan

Saya Tak Ingin Ada Pemakzulan
Hakim Konstitusi Akil Mochtar melambaikan tangannya usai terpilih sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi dalam Rapat Permusyawaratan Hakim dengan sistem voting, Jakarta Pusat, Rabu (3/4). Akil Mochtar memenangkan voting putaran terakhir untuk menjabat Ketua MK periode 2013-2015 dengan memperoleh tujuh suara mengalahkan Harjono yang memperoleh dua suara. FOTO : ADE SINUHAJI/JPNN
MAHKAMAH Konstitusi memang tak bisa dipisahkan dari nama Jimly Asshiddiqie dan Mahfud MD. Dua tokoh itu disebut-sebut sebagai tokoh yang berhasil menjadikan lembaga pengawal konstitusi terus berdiri tegap dan disegani sebagai sebagai lembaga yang bersih dan independen.

Kini pucuk pimpinan pun berpindah ke tangan Akil Mochtar yang pada Rabu (3/4) lalu terpilih menjadi pengganti Mahfud MD yang habis masa jabatannya dua hari sebelumnya.  Putra daerah asal Putussibau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, itu berjanji terus menegakkan independensi dan integritas MK secara keseluruhan. Akil juga berharap di era kepemimpinannya yang berakhir pada 2015 mendatang tidak terjadi  impeachment alias pemakzulan terhadap kepala negara.

       

Sebenarnya sudah banyak yang menduga bahwa pria yang berulang tahun setiap 18 Oktober itu bakal menjadi orang nomor satu di MK. Apalagi, dia sudah bertahun-tahun sudah malang melintang di dua perpolitikan. Sebelum bergabung dengan Partai Golkar 1998, anak pasangan Mochtar Anyoek dan Junnah Ismail itu memulai karirnya sebagai advokat pada 1984.

Berikut petikan wawancara wartawan JPNN, M. Kusdharmadi dengan Akil sesaat setelah mengungguli delapan hakim konstitusi lainnya untuk menjadi Ketua MK.

MAHKAMAH Konstitusi memang tak bisa dipisahkan dari nama Jimly Asshiddiqie dan Mahfud MD. Dua tokoh itu disebut-sebut sebagai tokoh yang berhasil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News