SBY Ditantang Berani 'Blusukan' di Papua

SBY Ditantang Berani 'Blusukan' di Papua
SBY Ditantang Berani 'Blusukan' di Papua
JAKARTA - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mendesak pemerintah merespon kasus kekerasan dan penembakan di Papua dengan upaya penegakan hukum. Koordinator Badan Pekerja KontraS, Haris Azhar, menyatakan, selama ini kasus-kasus kekerasan di Papua tak pernah ditangani dengan penegakan hukum yang transparan.

"Bagi KontraS rangkaian kekerasan berupa penembakan dan perampasan senjata merupakan kejahatan yang seharusnya direspons dengan upaya penegakan hukum," kata Haris Azhar, Jumat (22/2).

Dari catatan KontraS sepanjang  2012 hingga  21 Februari 2013, telah terjadi 15 peristiwa kekerasan di wilayah Puncak Jaya, Papua termasuk dua peristiwa perampasan senjata oleh  kelompok Orang Tak Dikenal (OTK). Dari peristiwa itu, tercatat korban meninggal ada sembilan anggota TNI, dua anggota Polri, serta sepuluh warga sipil. Peristiwa terakhir adalah tewasnya delapan anggota TNI serta empat warga sipil di wilayah Puncak Jaya, Papua, Kamis (21/2).

Haris menegaskan, tak kunjung surutnya kekerasan di Papua menunjukkan  pemerintah di Jakarta tidak sensitif terhadap rantai kekerasan yang terjadi di provinsi paling timur Indonesia itu. Bahkan pola kekerasan ini tidak mengenal latar belakang para korban.

JAKARTA - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mendesak pemerintah merespon kasus kekerasan dan penembakan di Papua dengan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News