Secuplik Cerita Kerajaan Maritim Bugis Makassar

Secuplik Cerita Kerajaan Maritim Bugis Makassar
Phinisi, yang digadang-gadang sebagai kapal orang laut di Sulawesi. Foto: Public Domain.

Pada 1660 ia memimpin 10.000 orang dari Bone dan Soppeng untuk perang melawan Makassar. Perang berlangsung tiga bulan dan berakhir dengan kemenangan Makassar.

Setelah gagal, Aruppalakka melarikan diri ke Buton dan akhirnya memutuskan untuk meminta bantuan VOC di Batavia.

Kisah yang sama berulang kembali. VOC yang sudah lama ingin menguasai Makassar bergembira menyambut kedatangan Aruppalakka dan segera saja mengatur siasat untuk melancarkan serangan.

Tiga tahun mereka menyiapkan sebuah pasukan gabungan dan akhirnya pada tanggal 21 Desember 1666 armada VOC yang dipimpin langsung oleh Gubernur Jenderal Cornelis Speelman menyerang Benteng Somba Opu di Makassar.

Setelah perang selama hampir setahun lamanya yang melibatkan penguasa Buton, Ternate, Tidore, Bacan, Soppeng dan lainnya di pihak Bone dan VOC, akhirnya Sultan Hasanuddin setuju untuk melakukan perundingan damai di Bungaya.

VOC menuntut agar Makassar melepas semua daerah kekuasaannya di Sulawesi maupun daerah lainnya dan membiarkan VOC membangun benteng di kota perdagangan itu.

Perjanjian yang tidak adil membuat Sultan Hasanuddin kembali angkat senjata. Hanya saja posisinya sudah jauh lebih lemah.

Pada 12 Juni 1669 setelah satu setengah tahun berperang, akhirnya Benteng Somba Opu yang terkenal itu jatuh, dan masa kejayaan Makassar sebagai sebuah kota perdagangan maritim internasional pun berakhir. (wow/jpnn)


Para pemimpin sembilan negeri di sepanjang pesisir muara Sungai Jeneberang dan Tallo bermusyawarah. Bergabung jadi satu membentuk Kerajaan Gowa.


Redaktur & Reporter : Wenri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News