Sejarah Masjid Kemayoran, Dibangun di Atas Tanah Mayor Belanda

 Sejarah Masjid Kemayoran, Dibangun di Atas Tanah Mayor Belanda
NAMANYA UNIK: Masjid Kemayoran yang sebelumnya di Alun-alun Contong berpindah ke Jalan Indrapura. Foto Satria Nugraha/Radar Surabaya/JPNN.com

Sehingga dengan dipimpin oleh seorang ulama tersohor dengan sebutan Kiai Sedo Masjid, menyerang pemerintah Belanda.

“Waktu itu sempat terjadi baku tembak, dan pemerintah Belanda akhirnya memberi pilihan agar masjid tersebut dipindah lokasinya. Akhirnya, pemerintah Belanda waktu itu memilih tanah milik salah satu mayornya untuk di bangun masjid tersebut. Dan tawaran itu diterima oleh masyarakat Surabaya,” ungkapnya.

Purnawan menjelaskan berdasarkan catatan sejarah, masjid itu dibangun sekitar 1772 tahun Jawa atau sekitar tahun 1884 masehi. Arsiteknya bernama JWB Wardeenar.

Setelah masjid tersebut dibangun, maka warga muslim Surabaya menggunakan untuk menyebarkan dakwah Islam di sekitarnya.

Kini masjid ini oleh Pemkot Surabaya dijadikan sebagai bangunan cagar budaya.

“Masjid Kemayoran juga menjadi salah satu masjid tertua di Surabaya setelah Masjid Ampel yang berada di kawasan religi Sunan Ampel,” jelas Purnawan.

Selain namanya, keunikan dari masjid tersebut juga terlihat dari bentuk menara dan kubahnya. Desain masjid ini memiliki bangunan utama sebagai tempat beribadah dan dua menara yang berada di sisi kiri dan kanan.

Ketinggian menara sekitar 70 kaki. Hingga kini satu menara masih utuh, sedangkan menara lain sudah runtuh beberapa tahun setelah masjid tersebut dibangun.

Surabaya menjadi kota yang digunakan untuk memperluas penyebaran agama Islam di Jatim.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News