Sejarah Masjid Kemayoran, Dibangun di Atas Tanah Mayor Belanda

 Sejarah Masjid Kemayoran, Dibangun di Atas Tanah Mayor Belanda
NAMANYA UNIK: Masjid Kemayoran yang sebelumnya di Alun-alun Contong berpindah ke Jalan Indrapura. Foto Satria Nugraha/Radar Surabaya/JPNN.com

Informasinya, menara tersebut runtuh karena disambar petir.

“Untuk bentuk kubahnya, masjid tersebut sudah tidak asli. Sebab sudah mengalami beberapa kali renovasi,” jelasnya.

Sejarah pembangunan masjid tua Kemayoran ini memiliki banyak versi. Bukan hanya sekadar cerita rakyat, sejarah pendirian masjid ini ditandai oleh sebuah parasati dengan tulisan aksara Jawa.

Prasasti tersebut berukuran kurang lebih 1 meter kali 50 sentimeter yang menempel di dinding masjid.

Dari prasasti tersebut juga bisa dilihat dari arti tulisan aksara jawa itu, kurang lebihnya ialah ‘Ini adalah pemberian Kanjeng Gubernur Belanda kepada seluruh bangsa/warga Islam saat diberikan itu ketika Paduka Tuan Bijaksana Jan Wakot Rengusin Gubernur Jenderal di Tanah Nederland Hindia.

Mister Daniel Frans Willem Pietermaat Residen di Surapringga dan Raden Tumenggung Krama Jaya Dirana Bupati di negeri Surapringga.

“Prasasti tersebut juga sebagai bukti bahwa masjid yang membentang dari tepi Kalimas (Bibis) sampai sebelah Barat dan Utara masjid merupakan tanah dan bangunan hadiah dari Pemerintah Hinda Belanda bagi umat Islam. Sehingga aset tersebut bukan merupakan aset pribadi seseorang atau milik keluarga tertentu,” lanjut Dosen Sejarah Unair ini. (*/no)


Surabaya menjadi kota yang digunakan untuk memperluas penyebaran agama Islam di Jatim.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News