Sejumlah Raksasa Teknologi Tinggalkan Tiongkok karena Faktor Regulasi dan Ekosistem Berbeda

"Mereka menawarkan banyak jenis buku dari penerbit yang sangat bagus, biaya keanggotaan juga murah," jelasnya.
Luo juga menikmati fitur sosial WeRead, yang memungkinkan pengguna untuk berbagi daftar bacaan mereka atau mendiskusikan konten dengan pengguna lain di platform.
"Saya memberikan akun Kindle saya kepada ibu saya, karena dia juga membaca novel dan e-book di Amazon. Tapi dia bilang tidak pernah menggunakannya," katanya.
Pengalaman Luo ini senada dengan pengamatan Mark Tanner dari perusahaan konsultan pemasaran Tiongkok Skinny di Shanghai.
"Selalu ada e-reader lokal, inovatif, atau benar-benar murah, menawarkan nilai yang lebih baik dan memiliki buku yang sangat bagus. Jadi tidak ada keuntungan apa pun untuk berlangganan Kindle," kata Tanner.
Airbnb juga menghadapi tantangan dari para pesaing lokal seperti Tujia, yang memiliki 2 juta akomodasi terdaftar pada tahun 2020. Jumlah ini sama dengan 13 kali lebih banyak dari Airbnb.
Schaefer mengatakan kurangnya penjualan di pasar Tiongkok adalah salah satu pendorong utama di balik kegagalan merek teknologi Barat di Tiongkok selain faktor regulasi.
"Mereka tidak mencoba menjadi aplikasi Tiongkok, padahal ada semacam ekosistem pengguna yang sangat berbeda di Tiongkok dengan pengguna internasional," katanya.
Sejumlah perusahaan raksasa teknologi memutuskan untuk meninggalkan pasar domestik Tiongkok
- Dunia Hari Ini: Setidaknya Delapan Orang Tewas Setelah Serangan India ke Pakistan
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Aamiiin KAI