Sekarang tidak Takut, Belanda Sudah tak Ada di Sini

Sekarang tidak Takut, Belanda Sudah tak Ada di Sini
Amina Sabtu. Foto: Malut Pos/JPG

Ia khawatir, pengakuannya akan mengundang datangnya para tentara Belanda yang akan mencarinya. “Sekarang tidak takut lagi. (Tentara, red) Belanda sudah tidak ada di sini,” ujar perempuan dengan indera penglihatan dan pendengaran yang masih tergolong baik ini.

Setelah Belanda meninggalkan Tidore pada 1949, Amina bekerja sebagai seorang pedagang. Ia menjajakan kue-kue buatannya sendiri, juga rempah-rempah di pasar.

Abubakar, almarhum suaminya, merupakan seorang buruh kelapa. Mereka hidup sederhana, bahkan cenderung kekurangan.

Setelah ditinggal wafat suaminya puluhan tahun silam, Amina harus bekerja keras menghidupi ketiga anaknya. Hingga dewasa, anak-anak Amina pun hidup sederhana.

“Sekarang saya tinggal di rumah ini dengan dua cucu, anak-anak Hasan (anak kedua Amina, red). Hasan dan Bujuna (istri Hasan, red) sedang membuka kebun di Dodinga (Halmahera Barat, red), jadi mereka lebih sering di sana,” katanya.

Rumah saksi peristiwa bersejarah yang mereka tempati itu pun sangat sederhana. Beberapa kaca jendela rumah berkamar tiga itu telah pecah dan meninggalkan lubang yang besar.

Lantai rumah ini awalnya hanya berupa tanah. Oleh warga sekitar, lantai tanah tersebut lalu dicor menggunakan semen. Begitu pula atap rumbia di dapur rumah yang rusak parah, lantas diganti warga menggunakan seng.

Dinding dapur pun sempat nyaris roboh sebelum akhirnya dibenarkan warga. Kamar mandi rumah tersebut juga masih berupa kamar mandi darurat.

AMINA Sabtu. Perempuan yang berjasa menjahit bendera merah putih pertama yang dikibarkan di Maluku Utara, setahun setelah Indonesia Merdeka. 70 tahun

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News