Sekolah di Wilayah Terpencil Merindukan PTM

Sekolah di Wilayah Terpencil Merindukan PTM
Pembelajaran Tatap Muka atau PTM Terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Sekolah-sekolah di wilayah terpencil sangat merindukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Alasan utama mereka karena jaringan sulit dan fasilitas daring tidak memadai.

Seperti diungkapkan Kepala TK Islam Punteuet Swasta Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe Provinsi Aceh, Fadhilah.

Menurut Fadhilah, berada di wilayah terpencil cukup menyulitkan orang tua menyediakan fasilitas pembelajaran secara daring untuk anaknya. Apalagi jika orang tuan memiliki lebih dari dua anak.

"Ada anak-anak yang tidak punya gawai dan hanya pinjam dari orang tuanya. Itu pun gawai ayahnya dan digunakan secara bergantian dengan kakak-kakaknya," kata Fadhilah kepada JPNN.com, Rabu (21/7).

Yang repot ketika sang ayah berangkat kerja, anak-anak itu harus menunggu sampai ayahnya pulang baru bisa belajar. Hal itulah yang membuat Fadhilah berembuk dengan orang tua murid untuk membahas PTM.

"Orang tua sepakat tahun ajaran baru dilakukan PTM, makanya sejak 12 Juli anak-anak sudah sekolah," ujarnya.

PTM, lanjut Fadhilah, dilakukan dengan protokol kesehatan ketat dan jam belajarnya dikurangi menjadi 2 jam.

Sama halnya dengan jenjang sekolah dasar yang sangat merindukan PTM. Menurut Kepala SD Negeri Antasari 1 Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan, Bambang Mahmudin, pihaknya sangat ingin menjalankan PTM terbatas pada tahun ajaran baru ini.

Sekolah di daerah terpencil pembelajaran tatap muka atau PTM karena keterbatasan fasilitas dan jaringan internet

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News