Selalu Malas Bermain Catur

Oleh Dahlan Iskan

Selalu Malas Bermain Catur
Dahlan Iskan di ladang gandum di pedesaan Amerika Serikat menjelang panen. Foto: Disway

Apa Kabar, oh… John, memang sering ke Indonesia. Dulu. Lebih 10 kali. Mengajar jurnalistik. Di berbagai kota.

Di tiap kota itu pula ia mencari penantang: main catur. Ia baru  menemukan lawan tangguh saat di Bengkulu: Redaktur Rakyat Bengkulu. Ia lupa namanya.

Di Indonesia ia juga membeli papan catur. Dan bijinya. Dari Bali. Terbuat dari kayu ukir.

Di Spanyol John juga membeli papan catur. Yang bentuk buah caturnya berbeda pula.

Ada sembilan koleksi papan catur di rumah John. Dari sembilan negara. Beda-beda pula bentuk rajanya, kudanya, bentengnya….

Di antara sembilan itu ada satu yang selalu dipajang. Dalam posisi siap dimainkan. Di meja teras belakang rumahnya. Menghadap halaman belakang. Yang ada rumah kayu di atas pohon besarnya. Bikinan John sendiri.

Pun catur ‘siap dimainkan’ itu juga bikinan John. Saat ia berumur 24 tahun. Berarti catur itu kini sudah berumur lebih 50 tahun.

Bentuk buah catur ‘made in John’ itu di-copy dari catur hadiah pamannya. Saat ulang tahun ke 14-nya.

Sebenarnya saya sendiri suka main catur. Bahkan pernah juara. Saat masih SD dulu. Juara baca Quran pula. Dan juara pidato. Tingkat kecamatan. Saat 17 Agustusan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News