Selama 14 Tahun Perempuan ini Setia Jaga Palang Lintasan KA

Selama 14 Tahun Perempuan ini Setia Jaga Palang Lintasan KA
Atik saat menjalankan tugasnya. FOTO : Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Atik mungkin perempuan langka. Pasalnya, hanya dialah satu-satunya perempuan yang berprofesi sebagai penjaga lintasan KA di Surabaya. Tak main-main, sudah 14 tahun Atik melakoni tanggung jawab itu. Kesibukannya terlihat jelas Sabtu siang (5/1) lalu.

Kala itu Atik bergegas karena klakson kereta terdengar dan lampu dari arah Stasiun Pasar Turi menyala. Pertanda KA segera melintas di lintasan Margorukun, Gundih. Dia mengerek palang sekaligus memberikan tanda bagi para pengendara untuk berhenti. 

''Harus segera. Jika terlambat sedikit, bisa bahaya,'' katanya. Dia tak ingin ada pengendara yang celaka. Sebelum mulai bertugas pada Januari 2005, dia melihat sejumlah kecelakaan. Semuanya disebabkan faktor manusia. ''Ada orang gila yang ketabrak. Ada pengendara yang menyerobot karena tergesa-gesa,'' tambahnya. 

Dia mengaku mau melakukan pekerjaan tersebut karena panggilan saja. ''Tidak ada yang menjaga lintasan KA ini. Tapi, arusnya padat. Dekat permukiman lagi,'' paparnya.

Maka, wajar jika banyak terjadi kecelakaan. Untuk itulah, dia mengajukan diri menjadi penjaga palang lintasan. 

Awalnya saat melakoni pekerjaan itu, banyak yang tak simpatik. Terutama pengendara. Ketika dihentikan, malah maki-maki. ''Bahkan, ada yang pernah meludahi muka saya,'' ucapnya. Sebagai manusia, tentu saja dia marah. Tapi, dia merasa itu percuma. ''Ya, sudah. Saya anggap amal saja. Wong niat saya baik. Supaya tak ada yang celaka,'' tambah perempuan 43 tahun tersebut. 

Meski bekerja sebagai penjaga palang lintasan, dia tidak meninggalkan kodratnya sebagai perempuan. Ketika harus mengasuh anak, dia pun mengasuh sembari menjalankan pekerjaan tersebut. 

Dia juga mencuci, menyiapkan sekolah anak, hingga memasak. ''Nah, yang bisa istirahat itu kan mulai siang. Sebab, kereta nggak banyak lewat. Di situ mulai curi-curi waktu kerjain urusan rumah," katanya, lantas tertawa.

Selain itu, dia menjadikan pos jaga sebagai tempat memasak. Hal itu dilakukan untuk mempersingkat waktu ketika hendak menutup palang pintu. "Peralatan masak saya pindahkan ke sini, Mas. Biar bisa memantau juga," ujarnya. 

Soal keuntungan finansial, dia mengakuinya. Namun, dia mengaku tak bisa memastikan dapat berapa per hari. ''Ya, pasti ada pengendara yang melempar uang,'' ucapnya. Selain itu, kadang pada momen-momen tertentu ada sejumlah pejabat, baik pemerintah maupun polisi, yang memberinya bingkisan Lebaran. 

Namun, dia mengaku itu bukan tujuan utama. Sebab, jumlahnya pasti tak seberapa. Dia mengaku masih melakukan pekerjaan tersebut sebagai panggilan pengabdian. ''Melihat kereta lewat dan tidak ada kecelakaan, itu sungguh melegakan,'' terangnya. Dia mengungkapkan lama-lama mencintai pekerjaan tersebut. Dia tidak lagi memperhatikan soal pendapatan. ''Ya, yang ada disyukurin,'' paparnya. 

Atik biasanya bertugas sejak pukul 06.00. ''Kereta biasanya sering lewat sampai pukul 10.00,'' katanya, kemudian menyebutkan nama kereta berikut tujuannya. Jam itu tidak bisa ditinggal. Dia baru bernapas lega setelah pukul 10.00. ''Tak ada yang lewat sampai pukul 13.00,'' terangnya. Hanya, kadang karena ada insiden, ada juga kereta yang lewat antara pukul itu. Tapi, biasanya dia dengan sigap langsung menutup palang. Setelah itu, pukul 13.00 dia akan berjaga nonstop sampai pukul 17.00. Kereta baru ramai lagi mulai pukul 19.00 sampai 22.00. ''Saya akan terus melakoni pekerjaan ini sampai tidak kuat lagi,'' ucapnya. (fajar/c6/ano)


Soal keuntungan finansial, dia mengakuinya. Namun, dia mengaku tak bisa memastikan dapat berapa per hari


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News