Sensasi Badai Salju dari Empire State New York

Sensasi Badai Salju dari Empire State New York
Sensasi Badai Salju dari Empire State New York

Mau dibilang "kampungan" biarin aja. Mau dibilang "raja narsis" cuek aja. Mau dibilang "kayak anak kecil, kurang kerjaan" ah, EGP. Bagi saya ini adalah sensasi kelas tinggi. Sensasi di tempat tertinggi, dengan risiko tinggi, dan berbiaya tinggi juga. Saya siapkan camera manual mode, dengan kecepatan 1/1000, biar salju yang bergerak cepat di depan saya masih ditangkap diafragma dengan jelas.

Apa yang terjadi ketika saya buka pintu? Angin berhembus keras, cepat, dari arah samping kiri. Suaranya mirip soundtrack film horor, seperti koor bernada supran dan mezo sopran, naik turun. Saya hindari menengok ke kiri. Muka saya seperti disemprot sekeras tekanan angin kompresor, di tempat bersih-bersih sepatu golf di Club House itu. Pipi kiri yang terkena semprotan angin bisa bergerak-gerak sendiri, seperti gelombang. Padahal, pipi saya tidak sedang kegendutan.

Bibir saya, lebih parah lagi. Skenarionya, saya ingin membuka mulut, lalu loncat. Saya biarkan salju masuk, dan angin menerbangkanku beberapa meter. Hmm, petugas mengangkat telunjuknya, no way! Plan satu gagal. It's ok, bibir saya lebih cepat kering dari biasanya. Untung lips glouse menjadi bamper yang canggih, untuk menghindari pecah-pecah.

Tangan seperti mengecil dan keriput. Sedikit mati rasa. Harus cepat-cepat dihangatkan, dimasukkan ke kantong celana. Saya insting saja, kantong celana lebih hangat dibandingkan kantong yang lain.

Dampak badai salju New York itu cukup signifikan. Semua penerbangan dengan maskapai milik Amerika, dicancel. Di atas jam 17.00 JF Kennedy Airport tertutup. Beberapa penerbangan milik Asia dan Timur Tengah masih menunggu berjam-jam di bandara sampai pagi dini hari. Malam itu, tempat duduk di ruang tunggu bandara sampai habis. Pesawat numpuk, tak bisa landing maupun take off.

Jalan-jalan di kota juga berbalut putihnya salju. Mobil-mobil yang parkir di luar, mirip kue donuts yang ditaburi bubuk gula putih. Mobil yang berjalan juga sama, hanya kaca depan dan belakang yang bersih karena dibantu wiper. Mobil polisi menyalakan lampu merah biru berkeip-kedip, menyilaukan.

Pohon-pohon di kiri kanan jalan terlihat bersalju, seperti suasana Natal saja? Beberapa petugas menyisir tumpukan salju dari trotoar. Seolah sedang beradu cepat, dengan curahan salju dari atas langit. Ketika hujan badai menyapa, saya tidak melihat orang berjalan membawa payung? Lama saya berpikir! Baru tahu ketika saya hendak menyetop taksi cab kuning, khasnya NYC itu. Payung saya rontok, tak beraturan! Ah, dasar badai. (*)

BARU seminggu Badai Sandy menyapa East Coast. Sisa-sisa kerusakannya masih belum putih 100 persen di New York, New Jersey, Pennsylvania, Baltimore


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News