Senyum Muda

Oleh: Dahlan Iskan

Senyum Muda
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Maafkan kalau Anda tidak bisa tersenyum membaca humor itu: saya mengakui kalah dari L-1301 soal menulis humor.

Jalan raya benar-benar mulus. Saya lihat jam di HP: hampir pukul 11.00. Sudah waktunya baca komentar para perusuh. Siapa tahu terhibur dan bisa senyum-senyum sendirian.

Ini bus tanpa lagu. Apalagi dangdut. Apalagi karaoke. Rasanya ingin mengundang Liam ke sini: agar nyanyi di bus ini.

Saya urungkan baca komentar. Pukul 11.00 itu masih pukul 15.00 waktu Indonesia. Kurang satu jam lagi. Agar yang kirim komentar sebelum pukul 16.00 masih bisa saya baca.

Saya pun pindah ke Google map: ini sudah sampai di mana.

Pertanyaan "ini sudah sampai di mana" itu sebenarnya pertanyaan –meminjam istilah beliau-- pertanyaan ''goblik".

Untuk apa perlu bertanya sudah sampai di mana. Bus ini tidak lewat mana-mana. Sudah berapa jam pun melaju tetap saja baru sampai padang pasir. Atau gunung batu. Tidak bisa dibedakan sudah sampai di mana.

Kecuali, kelak, gunung batunya diberi nomor. Diberi nama "asmaul husna" pun tidak cukup banyak. Mungkin perlu diberi nama-nama tokoh wayang kulit.

Go head. Saya pun lebih sering lihat map. Kian mendekati Buraydah kian kuat keinginan untuk turun di situ. Ke Riyadh-nya bisa keesokan hari.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News