Sepeda untuk Nursaka, Bukan Ingin Mendahului Presiden

Sepeda untuk Nursaka, Bukan Ingin Mendahului Presiden
Nursaka melintasi PLBN Entikong ketika hendak ke sekolahnya. Foto: Warga for Rakyat Kalbar

Ia mengakui, pendapatannya yang tak menentu itu tidak dapat diandalkan untuk menanggung biaya pendidikan Nursaka. Beruntung, pihak sekolah menggratiskan semua biaya pendidikan Nursaka.

"Pendapatan saya ndak tentu. Saya tanam lada, sayuran, tapi tanahnya punya orang. Sayurnya saya jual ke rumah makan di sekitar Tebedu. Kalau laku, uangnya buat biaya hidup sama susu anak-anak. Rumah saja saya numpang, cuma bayar listrik saja. Tapi bagaimanapun anak-anak harus sekolah, ndak apa-apa bapaknya susah yang penting anak-anak sekolah semua," ucap pria kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur ini.

Ia menceritakan, rumah yang ditempatinya sekarang milik warga Malaysia. Di rumah itu Sudarsono tinggal bersama Istrinya, Julini, 32, Nursaka dan kedua adiknya yang berusia dua dan tiga tahun. Sedangkan anak pertama mereka tinggal dirumah neneknya di Jember, Jatim.

Dari dokumen kependudukan yang dimilikinya, keluarga Sudarsono tercatat sebagai warga Dusun Entikong Tapang, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau. Meski tercatat sebagai warga Entikong, namun Sudarsono enggan meninggalkan tempat tinggalnya yang sekarang.

"Saya bingung mau kerja apa kalau tinggal di Entikong. Di sana ndak ada kerjaan, rumah juga sudah ndak ada. Entikong kehidupannya mahal, semua beli, sayur mahal. Di sini saya masih bisa metik di kebun. Anak saya banyak, tambah sulit kalau di Entikong," ucapnya.

Kala menerima pemberian sepeda dan tas dari Irmas Babussalam ini, disertai penerimaan tabungan pendidikan dari BNI Cabang Balai Karangan, Sudarsono terlihat haru. “Ya, sampaikan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada donatur yang telah membelikan sepeda untuk Saka (panggilan Nursaka). Hanya Tuhan yang membalas kebaikan Bapak,” ucapnya sambil bertanya-tanya nama Sang Donator.

Sepeda ini, nantinya akan digunakan Nursaka untuk menempuh perjalanan dari rumahnya ke Border Tebedu. Karena untuk bersepeda dari Tebedu ke Entikong, harus dilengkapi perizinan sebagaimana mestinya.

“Biar dia belajar naik sepeda dulu. Karena belum bisa. Saka kan hari-hari minta sepeda. Saat melihat anak-anak main sepeda, dia menangis minta sepeda. Saya kembali ucapkan terima kasih atas bantuan sepeda ini,” ucapnya dengan mata yang berlinang.

Nursaka, sudah tiga tahun setiap hari harus bolak-balik Malaysia – Indonesia demi menuntut ilmu di tanah air tercinta.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News