Sepeda untuk Nursaka, Bukan Ingin Mendahului Presiden

Sepeda untuk Nursaka, Bukan Ingin Mendahului Presiden
Nursaka melintasi PLBN Entikong ketika hendak ke sekolahnya. Foto: Warga for Rakyat Kalbar

"Saya ikut orangtua tinggal di seberang (Tebedu), karena orangtua kerja di sana," tuturnya.

Sebelum memutuskan sekolah di tanah kelahiran, Nursaka kerap ditawarkan untuk bersekolah di Tebedu. Namun ia menolak. Dengan alasan, merasa bangga menjadi anak Indonesia dan ingin menggapai cita-citanya.

"Saya mau jadi dokter gigi, mau jaga gigi orang. Kalau bisa ketemu Pak Jokowi, sama mau dijadikan dokter. Saya juga mau sepeda, tapi orang tua belum bisa membelikan," ucap Nursaka.

Saking seringnya melintas batas, petugas di dua border itu sampai ingat dan hafal betul dengan bocah yang gemar menabung ini. "Pulang sekolah, dia (Nursaka) biasanya mampir ke pintu keberangkatan. Kami carikan tumpangan buat dia pulang ke Tebedu," kata Fransiscus Xaverius Ulu, Supervisor di Tempat Pemeriksaan Imigrasi Entikong.

Sementara itu, Sudarsono mengungkapkan, anak keduanya itu punya semangat yang kuat untuk bersekolah meski kehidupan keluarganya pas-pasan. Karena itulah, Sudarsono berani melepas Nursaka bolak-balik dua negara setiap hari untuk sekolah.

"Dia memang maunya sekolah, mau jadi dokter katanya. Kalau ada kawannya yang ndak betul, dia lari, takut dia. Dia suka nabung, kadang kalau dikasih orang duit, ditabung gitu, katanya untuk bantu bapaknya," ungkap Sudarsono.

Awalnya, Sudarsono bersama istrinya yang merupakan warga Simpang Aur, Kabupaten Landak beserta anak-anaknya tinggal di Entikong. Karena usaha berjualan makanan yang dibangunnya susah payah di Entikong tersebut bangkrut, pria 53 itu memboyong keluarganya ke tanah jiran. Di Tebedu, dia memulai usahanya dari nol sebagai buruh tani dan menjaga ternak ayam milik warga setempat.

"Dulu saya buka usaha rumah makan di Entikong, tapi bangkrut hancur-hancuran sampai sekarang ini. Sekarang saya kerja di kebun nanem sahang, sayuran. Tapi ndak tentu juga hasilnya, kadang seminggu panen, tapi lebih banyak yang kena penyakit (hama)," tuturnya.

Nursaka, sudah tiga tahun setiap hari harus bolak-balik Malaysia – Indonesia demi menuntut ilmu di tanah air tercinta.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News