Duet Anies-Cak Imin Tak Akan Ampuh Gaet Suara Nahdiyin, Begini Analisisnya

Duet Anies-Cak Imin Tak Akan Ampuh Gaet Suara Nahdiyin, Begini Analisisnya
Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Ilustrator: Sultan Amanda/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Adi Prayitno menilai langkah politik memasangkan Anies Baswedan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar di Pilpres 2024 tidak akan serta-merta mampu menarik dukungan dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) atau nahdiyin.

Adi beralasan tidak semua warga NU maupun pemilih PKB mau mendukung Muhaimin sebagai bakal calon wakil presiden atau cawapres.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu menjelaskan sekitar 85 persen penduduk Indonesia beragama Islam. Dari proporsi itu, hampir separuhnya merupakan nahdiyin.

Namun, perolehan PKB pada Pemilu 2019 hanya 9,69 persen dari total suara sah. “Jadi, mayoritas (nahdiyin) tidak memilih PKB, tetapi partai lain,” kata Adi di Jakarta, Rabu (6/9).

Adi juga menganggap upaya Muhaimin menggaet suara nahdiyin bakal menghadapi tantangan berat. Penyebabnya ialah saat ini hubungan PKB dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tidak rukun.

"Dalam kondisi solid (rukun dengan NU, red) PKB hanya memperoleh suara 9,6 persen, lalu sekarang terlihat berkonflik dengan PBNU," katanya.

Lebih lanjut Adi menyodorkan data lain. Menurut dia, ada gap antara perolehan suara PKB di pemilu lalu dengan elektabilitas Muhaimin saat ini.

Berbagai survei menempatkan tingkat keterpilihan politikus yang beken dengan panggilan Cak Imin itu hanya 1-2 persen.

Saat PKB dan PBNU rukun pun partai pimpinan Muhaimin itu hanya memperoleh 9,6 persen. Tidak semua nahdiyin dan pemilih PKB mau mendukung Cak Imin di pilpres.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News