Duet Anies-Cak Imin Tak Akan Ampuh Gaet Suara Nahdiyin, Begini Analisisnya

Duet Anies-Cak Imin Tak Akan Ampuh Gaet Suara Nahdiyin, Begini Analisisnya
Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Ilustrator: Sultan Amanda/JPNN

"Ada jarak pemilih PKB yang tidak memilih Muhaimin,” ujar Adi. “Pemilih NU tidak harus memilih Muhaimin.”

Adi pun menyodorkan analisisnya soal elektabilitas Cak Imin yang masih rendah meski nahdiyin pemilik hak pilih ada puluhan juta jiwa.

Pertama, sampai saat ini popularitas Cak Imin masih di bawah Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto.

Di daerah basis pemilih PKB pun Ganjar yang dikenal sebagai politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memiliki elektabilitas paling tinggi.

“Orang NU dengan PDI Perjuangan memiliki hubungan yang bagus," kata Adi.

Kedua, tutur Adi, sebagian warga NU mendukung Prabowo karena ketua umum Partai Gerindra itu dianggap dekat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Adi menilai Prabowo juga sempat memperoleh dukungan tambahan dari warga PKB ketika partai berwarna kebesaran hijau itu  masih terikat koalisi dengan Gerindra.

Namun, kini Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang digagas Gerindra dan PKB bubar setelah Cak Imin memilih menjadi bakal cawapres pendamping Anies Baswedan.

Saat PKB dan PBNU rukun pun partai pimpinan Muhaimin itu hanya memperoleh 9,6 persen. Tidak semua nahdiyin dan pemilih PKB mau mendukung Cak Imin di pilpres.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News