Sepertinya, Predikat Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Saja tak Cukup

Sepertinya, Predikat Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Saja tak Cukup
Syawaliah dan Samadi ketika menerima penghargaan sebagai guru berdedikasi dari Direktorat Sejarah Ditjen Kebudayaan Kemendikbud di Rumah Dinas Bupati Bengkalis. Foto: Sahrul Yunizar/JAWA POS

Di samping asli dari Kecamatan Rupat Utara, dia kurang yakin bahwa ada guru lain yang bersedia ditugaskan di kecamatan tersebut.

Berkat tekad itu, Syawaliah berhasil mencetak anak-anak berpendidikan dari wilayah yang bersebelahan langsung dengan Selat Malaka tersebut.

Meski tidak semua meneruskan pendidikan sampai perguruan tinggi, setidaknya mereka bisa mengeyam pendidikan sampai tingkat SMA. Tidak berhenti di tingkat SD atau SMP.

Berkat tekad itu pula, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengganjar Syawaliah sebagai salah satu guru berdedikasi yang puluhan tahun mengabdikan diri di wilayah perbatasan. Tempat yang jauh dari keramaian kota serta bersebelahan langsung dengan negara tetangga, Malaysia.

Lebih dari itu, Kecamatan Rupat Utara tempat Syawaliah bertugas termasuk daerah khusus di Kabupaten Bengkalis.

Sebab, untuk mencapai kecamatan tersebut dari ibu kota kabupaten, harus dua kali menyeberang laut dan melalui perjalanan darat yang melelahkan. ”Kalau berangkat jam tujuh pagi, sampai Bengkalis jam tiga sore,” ungkapnya.

Artinya, sedikitnya dibutuhkan delapan jam untuk sampai di ibu kota kabupaten dari tempat Syawaliah bertugas.

Ketika masih bertugas di sekolah, dia memang tidak sering bepergian ke wilayah itu. Namun, sejak tahun lalu tidak demikian.

Berjuang dengan fasilitas minim di pedalaman, Syawaliah dan Samadi adalah representasi ribuan guru di pedalaman yang butuh perhatian lebih dari pemerintah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News