Sepertinya, Predikat Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Saja tak Cukup

Sepertinya, Predikat Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Saja tak Cukup
Syawaliah dan Samadi ketika menerima penghargaan sebagai guru berdedikasi dari Direktorat Sejarah Ditjen Kebudayaan Kemendikbud di Rumah Dinas Bupati Bengkalis. Foto: Sahrul Yunizar/JAWA POS

Sebab, Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis memberi dia kepercayaan sebagai kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Rupat Utara.

Alhasil, dia harus bolak-balik ke kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis di ibu kota kabupaten. Dia juga harus siap inspeksi ke seluruh SD dan SMP di Rupat Utara.

Meski jumlah SD dan SMP hanya 18 unit, jangan berharap bisa menginspeksi seluruh sekolah itu dalam sehari. ”Tidak akan selesai,” imbuhnya.

Sebab, tidak semua sekolah dapat dijangkau dengan jalur darat. Beberapa sekolah harus disambangi setelah Syawaliah melintasi dua sungai yang bermuara di Selat Malaka. SD di Desa Kadur misalnya. ”Harus naik pompong, lewati dua sungai,” jelasnya.

Bayangkan bila hendak meminta bantuan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis. Dia mesti menyeberangi dua sungai untuk minta restu ke UPTD Rupat Utara. Kemudian menyeberangi dua laut agar bisa sampai di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis.

Syawaliah mengatakan, memang setiap guru butuh energi dan tenaga ekstra ketika memutuskan untuk bertugas di wilayahnya.

Jika tidak, sulit bertahan sebagai abdi negara di daerah tersebut. Sebab, bukan hanya kendala akses yang menjadi tantangan.

Letak geografis Kecamatan Rupat Utara yang berada tepat di selat yang memisahkan Indonesia dengan Malaysia memaksa para pengajar itu untuk siap berhadapan dengan pasang surut air laut.

Berjuang dengan fasilitas minim di pedalaman, Syawaliah dan Samadi adalah representasi ribuan guru di pedalaman yang butuh perhatian lebih dari pemerintah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News