Serda Mila, Prajurit TNI di Sudan Pakai Bahasa Isyarat agar tak Dilempar Batu

Kerusuhan yang terjadi berakibat pada krisis kemanusian, kelaparan dan pengungsian. Bekerja sebagai staf keuangan, Mila jarang mengikuti patroli.
Ia cerita, di sana tidak ada bangunan tinggi yang menjulang apalagi kendaraan roda empat. Warga menggunakan keledai sebagai transportasi utama.
Bangunan rumah warga dibangun dari rerumputan, dengan gaya hidup masyarakat yang sederhana. Perekonomian rendah yang membuat warganya hidup jauh dari kata layak.
Maka tak heran ada saja warga yang kerap mencuri. Kala berinteraksi dengan masyarakat ia terkendala penggunaan bahasa. Karena warga hanya mampu menggunakan bahasa Arab.
Alhasil ia kerap menggunakan bahasa tubuh, bahasa isyarat. Sesuai ketentuan UN (United Nations) yang tidak memperkenankan pasukan memberikan bantuan saat melakukan patroli.
Sebab, insiden lempar batu bisa saja terjadi bila pasukan tidak memberikan bantuan kepada mereka yang tidak kebagian.
Tapi, pada waktu tertentu pasukan bisa memberikan bantuan secara langsung. Baik berupa makanan, pakaian, hingga pembangunan masjid.
“Warga terlihat begitu senang bila pasukan Indonesia lewat dan datang, karena pasukan kita kerap melakukan kunjungan untuk membantu warga,” ungkap Mila.
WAJAH-wajah memelas dengan pakaian begitu lusuh berlarian. Mereka mengejar tiap mobil yang melintas.
- Menhan Sjafrie Mengusulkan Tunjangan Operasi Prajurit TNI Naik 75 Persen
- Prajurit Aktif Gugat UU TNI ke MK, Imparsial: Upaya Menerobos Demokrasi
- Mayor Hery Ismoyo & Wahyu Millian Resmi Jadi Komandan Batalyon Kopassus
- Mabes TNI Tuding KKB yang Bantai Pendulang Emas Lakukan Propaganda
- Panglima TNI Jenderal Agus Minta Prajuritnya Lanjutkan Pengabdian Kepada Bangsa dan Negara
- PBB: Sudan Selatan di Ambang Jurang Kehancuran