Setelah Kematian Dokter Sunardi, Densus 88 Disarankan Pakai Body Camera

Setelah Kematian Dokter Sunardi, Densus 88 Disarankan Pakai Body Camera
Ilustrasi anggota Densus 88 Antiteror. Ilustrasi Foto: ANTARA/HO

jpnn.com, JAKARTA - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel menyarankan Polri melengkapi pasukan elitenya, Densus 88 Antiteror dengan body camera.

Saran itu disampaikan Reza mengingat operasi Densus 88 kerap muncul kontroversi, terutama ketika menjatuhkan korban jiwa.

"Mengatasinya, penting bagi Polri untuk melengkapi para personel Densus 88 dengan body camera," ucap Reza kepada JPNN.com pada Senin (14/3).

Pria yang pernah mengajar di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) itu menilai teknologi tersebut akan bermanfaat dalam mendukung setiap operasi Densus 88.

Alat tersebut juga akan berguna untuk kepentingan pemeriksaan jika nantinya muncul tudingan bahwa Densus 88 telah melakukan aksi brutal terhadap terduga teroris.

"Body camera, dalam berbagai studi, juga ampuh mencegah aparat menggunakan kekerasan secara berlebihan," ucap penyandang gelar MCrim (Forpsych-master psikologi forensik) dari Universitas of Melbourne Australia itu.

Diketahui, Tim Densus 88 Antiteror menembak mati terduga teroris Dokter Sunardi pada Rabu (13/3) malam di Sukoharjo.

Dokter Sunardi konon melawan, menabrak kendaraan petugas, dan masyarakat.

Reza Indragiri Amriel menyarankan Polri melengkapi pasukan Densus 88 dengan body camera setelah kematian Dokter Sunardi. Ini tujuannya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News