Setiap Tahun Kirim Guru untuk Belajar Bahasa Indonesia

Setiap Tahun Kirim Guru untuk Belajar Bahasa Indonesia
Setiap Tahun Kirim Guru untuk Belajar Bahasa Indonesia

Dalam dua tahun terakhir, ada empat guru Myanmar yang menempuh pendidikan di Indonesia. Mereka adalah Ei May Zin yang mengambil studi di Jurusan Seni Musik Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta. Lalu, Khin Tida Win di Jurusan Bahasa Indonesia, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dan Soe Pa Pa di Jurusan Seni, Universitas Negeri Semarang (Unes). Ketiganya sudah lulus dan kembali ke Myanmar untuk mempraktikkan ilmunya di IISY.

Seorang guru lainnya masih menempuh studi di Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang. Dia bernama Thein Than dan mengambil program studi bahasa Indonesia.

"Tahun depan mungkin ada lagi guru Myanmar yang disekolahkan ke Indonesia. Dengan cara begitu kami bisa menyusun kurikulum yang lebih baik untuk pengajaran bahasa Indonesia," jelas Sugeng Iswanto.

Menurut Sugeng, selama ini guru bahasa Indonesia lebih banyak didominasi guru dari Indonesia. Hanya, mereka tidak bisa lama bertugas di IISY. Paling lama empat tahun, lalu ditarik pulang kembali ke Indonesia. Karena itu, program beasiswa untuk para sarjana Myanmar belajar ke Indonesia sangat dibutuhkan untuk kelangsungan sekolah IISY.

"Selain guru, sarjana apa saja bisa mendapatkan beasiswa dari Kemenlu RI itu. Memang, selama ini yang selalu memenuhi persyaratan dan lolos seleksi kebanyakan dari sekolah ini," beber pria asli Jakarta itu.

Ada banyak faktor yang mendukung program pendidikan guru pelajaran bahasa Indonesia bagi sarjana Myanmar. Selain faktor masa bakti guru Indonesia yang terbatas dan kedekatannya dengan para siswa yang mayoritas warga Myanmar, guru yang didatangkan dari Indonesia umumnya bukan guru bahasa Indonesia. Kebanyakan mengajar mata pelajaran lain.

 Tak heran bila pemakaian bahasa Indonesia di IISY masih belum mampu menggeser bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Bahasa Indonesia masih diposisikan sejajar dengan bahasa Myanmar di sekolah itu. Namun, pihak sekolah terus menaikkan level bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi di IISY.

 "Karena sekolah ini kan sekolah internasional. Wajar bila bahasa Inggris jadi bahasa utama, sedangkan bahasa Indonesia masih menjadi bahasa nomor dua bersama bahasa Myanmar," jelas Kepala IISY Sirdjanul Ghufron ketika dihubungi di kantornya.
 
Upaya tersebut sepertinya tidak akan sulit diwujudkan untuk beberapa tahun ke depan. Pasalnya, KBRI ikut membantu dengan mempermudah akses bagi warga Myanmar yang akan belajar bahasa Indonesia. Apalagi, hal itu seiring dengan rencana KBRI yang akan mendirikan Pusat Kebudayaan Indonesia di Yangon.
 
Menurut rencana, Pusat Kebudayaan Indonesia tersebut diresmikan pada 27 Desember 2013.

INDONESIA punya sekolah internasional di Myanmar. Namanya Indonesia International School Yangon (IISY). Sekolah ini memberikan perhatian serius terhadap

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News