Si Cantik Gelisah karena Sang Panglima Belum juga Pulang

Si Cantik Gelisah karena Sang Panglima Belum juga Pulang
PENTAS. Seniman dan seniwati memainkan perannya dengan elok pada pementasan teater drama Musang Berjanggung di gedung Societeit de Harmoni, Minggu, 23 Oktober. Foto: NURHADI/ FAJAR

Mendengar perkataan itu, sang raja langsung membenarkan yang ada dalam peti tersebut adalah musang berjanggut dan beruban. Ia pun tidak akan menghukum Cik Awang.

Sutradara Teater, Yudhistira Sukatanya menuturkan kisah tersebut merupakan gambaran sifat manusia yang selalu menggunakan kekuasan dan hartanya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. 

Akan tetapi, tidak semua orang selalu tergoda dengan silau harta dan kekuasaan.

Tetapi, mereka tetap dengan setia dengan pendirian yang dipegangnya. 

Satu lagi, kesetiaann pada pasangan akan selalu membuatnya untuk tetap teguh dalam segala hal merupakan sesuatu yang harus dilakukan hingga akhir hayat.

"Catatan yang ingin disampaikan juga adalah jangan hanya menilai orang dari luarnya saja. Pelajari segalanya. Ibarat bunga mawar yang sangat indah dan harum, tetapi di balik itu ada duri yang siap menusuk siapa saja yang ingin memetiknya," tutupnya. (*/abg/sam/jpnn)


SALAH satu karya sastra Melayu yang cukup terkenal, Musang Berjanggut. Ceritanya tentang kearifan lokal yang mampu mengatasi godaan tahta, harta,


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News