Siapa Membunuh Putri (4)

Oleh: Hasan Aspahani

Siapa Membunuh Putri (4)
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

”Metro Kriminal” dimulai dengan lima ribuan. Dua tahun pertama oplah hanya berkisar di antara angka itu.

"Waktu kau masuk itu oplah kita sekitar tujuh ribu. Dalam enam bulan, karena berita Sandra itu (pembunuhan Sandra, red), kita bisa sampai 15 ribu sekarang,” kata Bang Ado.

”Benar-benar karena berita itu, Bang?”

”Iyalah, karena apa lagi? Jualan koran ini kayak pisang goreng, kalau enak, orang datang membeli. Kalau enggak menarik, dingin, ya disorong-sorong ke muka orang juga nggak ada yang mau. Sederhana saja, kok.”

Saya mengangguk-angguk saja. Lumayan dapat sedikit tambahan wawasan pemasaran.

Bang Eel pernah mengajari saya tentang perumpamaan juru masak itu. Reporter belanja bahan, redaktur yang masak, redpel yang mengatur penyajiannya dan merencanakan besok mau memasak apa lagi.

Saya sekarang ada di posisi pengatur penyajian dan perencanaan. “Kalau bahannya bagus, masaknya enak, disajikan bagus, pasti laris,” kata Bang Eel.

Di ruangannya, hari itu, Bang Ado juga memberi saya SK jabatan baru. Ditandatangani oleh CEO. Bangga juga rasanya. Saya melihat ke angka gajinya, itu lebih penting.

Angka gaji itu menari-nari di dalam kepala saya, membuat saya berhitung, sepertinya sudah bisalah saya berpikir untuk menikah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News