Siapkah Australia Menerapkan Sistem Kerja Empat Hari Seminggu?

Siapkah Australia Menerapkan Sistem Kerja Empat Hari Seminggu?
Semakin banyak perusahaan yang kini mendukung konsep empat hari kerja dalam seminggu. (Pexels: Anna Shvets)

Pandemi COVID-19 telah membuat banyak orang mempertimbangkan kembali hubungan mereka dengan pekerjaan serta prioritas dalam berbelanja.

Ada yang ingin kembali ke "normalitas" bekerja seperti saat pra-pandemi. Ada pula yang merasa bekerja dari rumah lebih bebas dan ingin mempertahankannya.

Yang lain lagi, misalnya petugas kesehatan yang diterpa kelelahan setelah dua tahun menghadapi pandemi, memunculkan "gerakan anti-kerja". Mereka menolak gagasan tentang pekerjaan yang dibayar sebagai cara untuk mengatur tenaga kerja yang diperlukan.

Tapi ada juga reaksi yang tidak seradikal itu, yakni ide empat hari kerja dalam seminggu. Semakin banyak perusahaan — biasanya di bidang teknologi atau layanan profesional — kini menerima ide tersebut.

Bukan bertujuan mengakhiri sistem pekerjaan berbayar, kerja empat hari seminggu masih memungkinkan dari perspektif ekonomi. Tapi jika ada risikonya, berapa besar biaya produksi yang hilang dan akankah upah jadi lebih rendah?

Asal-mula kerja lima hari seminggu

Pada tahun 1856, para tukang batu di Kota Melbourne menjadi pekerja pertama di dunia yang berhasil memiliki waktu kerja delapan jam sehari.

Keberhasilan itu masih terus diperingati sebagai hari libur di sebagian besar wilayah Australia.

Butuh hampir satu abad sebelum aturan kerja delapan jam sehari dan menjadi norma, dan kerja enam hari seminggu berhasil dikurangi. Namun akhirnya, pada tahun 1948, Pengadilan Arbitrase Persemakmuran menyetujui 40 jam, lima hari kerja dalam seminggu untuk semua warga Australia.

Pandemi COVID-19 telah membuat banyak orang mempertimbangkan kembali hubungan mereka dengan pekerjaan serta prioritas dalam berbelanja

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News