Simbol Alamo

Oleh Dahlan Iskan

Simbol Alamo
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Makan saya banyak. Sangat lahap: dapat kiriman dari istri, sop iga. Tanpa sambal. Sampai, saya rasa, berat badan ini naik: praktis tidak bergerak sama sekali.

Membaca-membaca-membaca. Menulis-menulis-menulis. Membaca lagi. Menulis lagi.

Saya terkurung, tetapi masih bisa melihat Trump. Trump terkepung. Tanpa Twitter, tanpa Facebook. Tanpa Instagram. Dan tanpa YouTube.

Trump diblokir dari medsos. Padahal itulah senjata utamanya selama 5 tahun terakhir.

Kini Trump kehilangan corong komando untuk pendukungnya. Ia seperti komandan pasukan yang tiba-tiba kehilangan suara di kerongkongannya.

Maka ia pergi ke Alamo. Kemarin. Itu perbatasan Amerika dengan Meksiko. Untuk melihat proyek prestisiusnya: tembok perbatasan yang ia bangun. Sepanjang lebih 500 km.

Mungkin ia sengaja pilih Alamo –bukan perbatasan dengan Meksiko yang lain. Sebagai sinyal politik: ia akan terus memberikan perlawanan seperti Alamo di tahun 1830.

Kala itu tentara Republik Texas di Alamo dikepung tentara Meksiko. Tujuh hari. Tanpa logistik.

Politik memang tidak suka keterbukaan. Di politik harus banyak yang disembunyikan. Kebohongan harus dibungkus –kadang harus dibungkus dengan kebohongan yang lebih besar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News