Sindiran KPAI untuk Tokoh Penolak Swab Test dan Ogah Hasilnya Dipublikasikan, Siapa Hayo?

Sindiran KPAI untuk Tokoh Penolak Swab Test dan Ogah Hasilnya Dipublikasikan, Siapa Hayo?
Petugas mengambil sample dari wartawan saat pemeriksaan swab test gratis di Kantor Dewan Pers, Jakarta, beberapa waktu lalu. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra menyoroti tokoh tertentu yang mengabaikan protokol kesehatan, namun menolak menjalani pemeriksaan usap (swab test) yang hasilnya dipublikasikan. 

Menurut Jasra, fenomena itu menyebabkan anak-anak mendapatkan informasi yang tidak layak.

"Edukasi berpikir positif tentang kesehatan dan menjaga kesehatan makin jauh dari anak-anak, yang dampaknya bisa mengajarkan anak-anak ketakutan dengan wabah corona," ujar dia dalam keterangan resminya, Minggu (29/11).

Jasra menambahkan, figur publik yang menjauhi protokol COVID-19 jelas membahayakan keselamatan anak. Jika perilaku tersebut dicontoh, katanya, potensi penularan COVID-19 di kalangan anak-anak menjadi tinggi. 

"Dengan budaya yang dibiarkan tidak mau di-swab dan mengumumkan hasilnya, artinya akan makin banyak contoh yang tidak baik yang menyebabkan sekali lagi anak tidak mendapatkan informasi yang layak. Selain itu informasi yang tidak layak anak bisa jadi ajang setor nyawa anak di tengah wabah COVID-19," ungkap dia.

Jasra pun mengharapkan sikap tidak baik yang ditunjukkan figur publik, orang tua, dan masyarakat tidak kian menjauhkan anak-anak dari kesehatan pada masa pandemi ini. Anak-anak, kata Jasra, sudah terlalu banyak yang meninggal akibat wabah Pandemi ini.

"Jangan sampai sekolah Januari nanti juga menjadi ajang setor nyawa dengan pengembangan klaster keluarga. Sebagaimana kita belajar dari negara negara lain yang membuka sekolah, kemudian ternyata berkembang penularan klaster keluarga, yang kemudian kebijakan itu ditunda," ulasnya.(ast/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:

Fenomena tokoh menolak diperiksa terkait COVID-19 menyebabkan anak-anak mendapatkan informasi yang tidak layak. Fenomena itu tentu, bukan contoh baik bagi anak. 


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News